[caption id="attachment_397322" align="aligncenter" width="475" caption="Menjadi penengah itu tidak enak (gambar dari: www.arquanum.com)"][/caption]
Saat dua kawan dekat berantem, marahan atau terlibat konflik, kita yang berada di tengah-tengah alias netral kadang ikut merasakan batunya juga. Saat berkomunikasi dengan kawan yang satu, kawan yang lain ikut marah kepada kita. Begitu memberi penjelasan kepada kawan tersebut, kawan yang satu lagi jadi negative thinking. Salah-salah ambil sikap, kita jadi bisa dibenci oleh kedua pihak.
Apalagi orang dewasa jika bermusuhan, durasinya biasa agak panjang dan masalah yang kecil mungil bisa jadi menyerempet kemana-mana. Berbeda dengan anak kecil yang recovery-nya bisa lebih cepat. Hari ini berantem, paling besok sudah main sama-sama lagi. Biasa justru bapak-bapaknya yang masih menyimpan dendam satu sama lain.
Makanya jika ada dua kawan kantor yang sedang berkonflik, saya biasa memilih untuk tidak keburu campur tangan. Lebih baik sedikit pasif, siapa tahu angin kencang bisa reda sendirinya. Maksudnya mereka bisa menyelesaikan konfliknya mereka sendiri tanpa perlu campur tangan orang lain.
Apalagi konflik yang terjadi di kantor lebih sering terjadi karena masalah pekerjaaan, bukan masalah pribadi. Jadi menyelesaikannya sebenarnya relatif mudah. Buka jobdes atau aturan lainnya lalu lihat siapa yang andil kesalahannya lebih besar. Walaupun memang kadang konflik ini bisa berbuntut pada urusan lain yang semula tidak ada sangkut pautnya. Tapi selama masing-masing dituntut untuk bersikap profesional ini, masalah relatif bisa ditemukan penyelesaiannya.
Bagi pembaca sekalian yang berada di posisi tengah ada beberapa “jangan” yang harus dipatuhi agar kita tidak membuat konflik kawan-kawan kita semakin berlarut-larut. Apalagi jika kita memang memiliki niat mendamaikan mereka mereka kembali.
- Jangan memperkeruh suasana. Saat salah satu kawan curhat, lalu pembicaraan mulai mengarah kepada kejelekan-kejelakan kawan yang lain, kita jangan ikut memanas-manasi. Dengarlah dan berikan tanggapan seperlunya dan seobjektif mungkin. Kita jangan malah mengungkit-ungkit kesalahan-kesalahan yang terjadi pada masa lalu. Jangan sampai kawan yang sedang berbicara dengan kita, mendapat kesan kita berada di pihaknya. Jika memang kawan yang sedang dibicarakan memiliki kesalahan, tetap fokus pada kesalahan tersebut agar obrolan tidak melebar kemana-mana. Sebagai penengah, kita juga punya tugas menjadi penyeimbang dengan mengungkapkan kelebihan-kelebihan kawan lain tersebut. Biar kawan kita memiliki sudut pandang yang lebih lebar menyikapi konflik tersebut.
- Jangan Berat Sebelah. Ada ajaran klasik orang tua kita dulu, tapi sebenarnya cukup ampuh digunakan untuk mengurai konflik bahkan pada zaman manajemen modern seperti sekarang ini. Jika ada dua anak berkelahi, kedua-duanya harus dihukum, karena pasti keduanya punya andil kesalahan. Setelah itu baru setiap anak diberi nasehat apa yang menjadi kesalahannya dan apa yang harus dilakukannya. Lalu keduanya diminta untuk berbaikan kembali. Begitu pula saat dua kawan kita berkonflik, pasti keduanya punya kebenaran dan kesalahan masing-masing. Tugas kita yang berada di tengah, memberi penjelasan yang jernih mengenai hal tersebut.
- Jangan dibiarkan lama-lama. Konflik yang dibiarkan berkepanjangan tidak hanya membawa dampak negatif pada orang-orang yang sedang berkonflik, tetapi juga bisa mempengaruhi orang-orang disekitarnya. Suasana tempat kerja menjadi kurang kondusif, saat berkata-kata atau bertindak kita harus hati-hati agar tidak menyinggung perasaan salah satu pihak, jadi kurang nyaman berelasi dengan orang lain dan lain sebagainya. Jadi jika kita merasa pertengkaran kawan-kawan sudah mulai “mengganggu kenyamanan”, sebaiknya segera mengambil tindakan. Berusahalah mendamaikan dengan memberikan pencerahan seobjektif mungkin. Jika tidak mampu seorang diri, ajak beberapa kawan lainnya untuk membantu. Jika penyelesaian belum ditemukan juga, segera sampaikan permasalahan tersebut pada atasan agar atasan mencari solusi untuk menyelesaikan masalah kawan-kawan kita.
Nyaman rasanya jika terjalin komunikasi yang baik dalam komunitas kita sehingga setiap orang mampu saling menghargai dan mengayomi. Dalam lingkungan kerja, kehangatan relasi antar rekan kerja ini juga dapat memicu peningkatan produktivitas kerja. (PG)
________
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H