Membentuk butir-butir putih dingin jadi sebongkah batu,
Pengemis kecil itu membayangkan roti isi keju
Santapan imajiner yang lezat di bawah malam bersalju.
.
“Nino….!!” Kakek lusuh pengemis lainnya, berseru
“Cepatlah…!! Kita hampir terlambat mengikuti Misa malam Natal,” lanjut berseru.
.
Pengemis kecil berlari lincah
semangatnya telah menaklukkan rasa laparnya.
Sekali loncat, dia telah berada dalam gendongan kakeknya.
Kini dua pengemis berbeda generasi menyusuri jalan-jalan tikus kota.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!