[caption caption="Ilustrasi gambar dari: www.wallpaperup.com"][/caption]
Ridwan enggan keluar rumah malam ini. Apalagi di luar hujan belum berhenti bernyanyi, seperti membunyikan nada-nada minor dari dunia lain.
Di dalam kamarnya yang temaram, Ridwan bergelung di atas tempat tidur. Saat memandang pintu kamar, dia membayangkan bagaimana jika tiba-tiba ada sepasang mata yang mengintip dari sebelah ventilasi kamarnya? Padahal ventilasi itu tingginya hampir tiga meter dari lantai. Hiii…
Saat tempat tidurnya berderak, dia juga jadi membayangkan ada suster ngesot berusaha merangkak keluar dari kolong ranjangnya. Ada kakek-kakek yang duduk di atas lemari pakaiannya, ada bocah yang merayap di plafon kamarnya, ada darah yang merembes dari dinding, ada… ada….
Dengan selimut, Ridwan membungkus tubuhnya rapat-rapat. Entah mengapa tiba-tiba malam ini pikirannya terganggu dengan imajinasi-imajinasi menyeramkan itu. Dia lalu beranjak dari tempat tidur untuk menyalakan lampu kamar. Ctek! Seketika kamar jadi terang benderang. Dia pun meyakinkan diri kalau khayalannya tadi memang berlebihan.
Saat berniat menghempaskan diri kembali ke atas tempat tidur, Ridwan memandang ada selembar foto seseorang di lantai. Dia berjongkok untuk meraih foto tersebut.
Sepertinya dia dengan seluruh kesadarannya tidak tahu kalau saat itu di belakangnya berdiri seorang gadis. Wajah gadis itu bergelimang darah segar dan gadis itu menatapnya sayu.
Suara Charlie Puth menyanyikan lagu “One Call Away” berbunyi nyaring dari gawainya di atas tempat tidur. Ridwan mengamati layar gawai dan menemukan itu panggilan dari Roni, adik Ita, kekasihnya.
Ada apa ya, Roni menelepon malam-malam begini? batin Ridwan.
Tapi panggilan itu pun dijawabnya juga.
“Kak, Kak Ita kesitu, ya?” lirih suara dari seberang.