Mohon tunggu...
Pical Gadi
Pical Gadi Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan Swasta

Lebih sering mengisi kanal fiksi | People Empowerment Activist | Phlegmatis-Damai| twitter: @picalg | picalg.blogspot.com | planet-fiksi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Nama Jokowi Muncul di Soal UN, Pencitraan?

15 April 2014   23:28 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:38 784
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13975540181111395151

Hingar bingar euforia Jokowi rupanya bukan hanya milik dunia politik saja. Dunia pendidikan dengan segala birokrasinya rupanya juga punya “obsesi” khusus terhadap tokoh yang satu ini.

Kemarin (14/4), dalam capture gambar soal Bahasa Indonesia tingkat SLTA dan sederajat yang beredar di dunia maya terlihat nama Jokowi ikut disebut pada salah satu ilustrasi soalnya.

[caption id="attachment_331859" align="aligncenter" width="546" caption="Capture Soal UN tersebut. Gambar dari: detiknews.com"][/caption]

Soal cerita tersebut berisi dua paragraf narasi menyangkut secuil sepak terjang Jokowi selaku gubernur DKI. Lalu di bawahnya ada pertanyaan ganda yang berhubungan dengan ilustrasi tersebut. Begini kira-kira narasi soalnya:

Ir H. Joko Widodo lahir di Surakarta 21 Juni 1961, merupakan alumnus UGM. Sejak 15 Oktober, Jokowi menjabat sebagai gubernur DKI. Tokoh yang jujur dan selalu bekerja keras ini dikenal dengan gaya blusukannya ke pelosok ibukota. Berbagai penghargaan telah beliau raih, antara lain ia termasuk salah satu tokoh terbaik dalam pengabdiannya kepada rakyat.

Sebagai tokoh seni dan budaya, beliau dinilai paling bersih dari korupsi. Namun demikian, usahanya di bidang upah minimum provinsi (UMP) mengalami kendala oleh tindakan buruh yang memanggil kembali perwakilannya saat sidang berlangsung. Buah dari pertemuan tersebut, dewan pengupahan menetakan upah Rp 2,2 juta.

Keteladanan Jokowi pada wacana di atas adalah...

a. alumni UGM yang cinta seni dan budaya
b. gemar blusukan ke pelosok wilayah
c. mengadakan pertemuan dengan dewan pengupahan
d. menjadi tokoh seniman terkemuka di DKI Jakarta
e. menerima berbagai penghargaan dan gelar

Kemunculan nama Jokowi dalam soal UN tersebut tersebut sontak mengundang kehebohan. Perang komentar pun terjadi di dunia maya antara yang pro dan kontra terhadap Jokowi. Orang-orang yang pro santai-santai saja menyikapi berita tersebut. Bahkan ada yang menyikapinya dengan guyon kalau dalam lingkungan internal Departemen Dikbud ternyata ada timses Jokowi juga. Ada-ada saja! Padahal kita tahu kalau PDI-P masih betah jadi partai oposisi sampai hari ini.

Sementara pihak-pihak yang kontra terhadap Jokowi menuding kemunculan nama Jokowi tersebut sebagai upaya Pencitraan apalagi sebentar lagi kita akan melakukan pilpres. Kementrian Dikbud pun dituding tidak netral dalam hal ini.

Orang nomor satu di Depdikbud, Moh. Nuh pun muncul di depan media untuk memberikan pernyataan. Untuk menepis tudingan ketidaknetralannya menjelang Pilpres, Moh. Nuh mengatakan kalau soal-soal UN tersebut sudah dirumuskan sejak enam bulan lalu. Namun sejauh ini beliau belum memberikan pernyataan sikap secara tegas terhadap masalah ini. Moh. Nuh mengatakan akan mengecek bagaimana persisnya keadaan di lapangan. Pengecekannya akan sampai pada tim perumus soal. Mungkin maksud Moh. Nuh mau ngecek apa memang benar ada timses Jokowi disana atau tidak. Hehehe...

Nah, bagaimana pendapat Jokowi? Seperti biasa, dengan gaya cueknya yang khas Jokowi mengatakan dia pun tidak tahu menahu perihal kemunculan namanya pada soal UN tersebut. namun Jokowi sendiri secara tersirat mengungkapkan keberatannya. Dia sendiri mengatakan mestinya yang muncul di soal seperti itu adalah pahlawan atau tokoh-tokoh nasional saja.

Jokowi benar sih. Memang mestinya tim perumus soal lebih bijak mengambil tindakan. Kalau dalam “masa-masa damai” mungkin tidak akan jadi masalah menulis soal seperti yang diilustrasikan di atas. Saya sendiri melihat ilustrasi soalnya standar saja, tidak lebay-lebay amat. Hanya karena kita sekarang berada dalam masa “genting” menjelang Pilpres, isu sensitif seperti ini dapat menimbulkan penafsiran macam-macam.

Pihak-pihak yang punya kepentingan pun jadi punya “artileri” lagi. Mereka bisa menggunakan hal ini untuk saling offense satu sama lain dengan pernyataan-pernyataan politik sehingga membuat rakyat tambah puyeng.

Mendikbud, Moh. Nuh, kami tunggu ya klarifikasinya. (PG)

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun