[caption id="attachment_324814" align="alignnone" width="620" caption="Presiden Uganda Museveni. Gambar dari www.islampos.com "][/caption]
Gonjang-ganjing Undang-undang Anti Gay yang membuat hubungan Uganda-Amerika Serikat merenggang akhirnya mencapai klimaks setelah Presiden Uganda,Yoweri Museveni benar-benar mengesahkan UU tersebut, Senin (24/2) lalu. Dengan pengesahan UU tersebut, maka warga Uganda yang melakukan hubungan homoseksual dapat terancam hukuman penjara sampai seumur hidup. Hukuman juga berlaku bagi warga yang ketahuan menutupi informasi mengenai warga lainnya yang mengalami orientasi seksual kepada sesama jenis, termasuk yang aktif mempromosikan gerakan homoseksual.
Uganda dan sebagian besar negara-negara di Afrika memang sangat menganggap tabu hubungan sesama jenis. Undang-undang seperti ini sudah lebih dahulu diberlakukan di 37 negara Afrika lainnya. Setelah UU ditandatangani, tabloid lokal Red Pepper, merilis daftar 200 gay top di Uganda. Pepe Julian Onziema seorang aktivis homoseksual yang namanya juga tercantum dalam daftar tersebut memperingatkan pemerintah bahwa UU baru tersebut dapat memicu kriminalisasi kaum gay di Uganda. Kekhawatirannya terbukti ketika aktivis kaum gay lainnya, David Kato terbunuh tidak lama setelah daftar tersebut dikeluarkan.
Beberapa waktu sebelumnya, Obama dan beberapa negara barat menyerukan hal senada dan mendesak pemerintah Uganda untuk sergera membatalkan RUU tersebut. Obama juga mengatakan UU baru itu dapat memperumit hubungan bilateral kedua negara. Mereka mengancam akan mempertimbangkan kembali bantuan rutin yang dikirimkan ke Uganda jika UU tersebut disahkan. Sebagai informasi, Amerika Serikat merupakan donatur terbesar bagi Uganda. Setiap tahun mereka mengirimkan bantuan senilai 400 juta dolar. Oleh karena ancaman itu, penandatangan RUU sempat mengalami penangguhan.
bbc.uk.com melansir berita, awalnya Museveni memang memilih untuk tidak meneruskan pengesahan draft RUU tersebut. Dia yakin kaum homoseksual memang sakit, tapi tidak perlu mempermasalahkan mereka mereka sampai ke ranah hukum. Namun rupanya, parlemen dan lingkar satu kabinetnya punya suara bulat mengenai pengesahan RUU tersebut. Sehingga pada akhirnya UU pun ditandatangi.
Begitu UU tersebut benar-benar disahkan, reaksi Gedung Putih semakin keras. Gedung Putih segera merilis berita mengenai pengkajian kembali hubungan bilateral kedua negara. Sekretaris Pers Gedung Putih Jay Carney menyebut undang-undang itu “menjijikkan.” Carney mengatakan Uganda telah mengambil langkah mundur dengan menerapkan undang-undang tersebut dan mendesak agar aturan itu untuk segera dicabut. Belum dikonfirmasi lebih lanjut apakah pengkajian ini juga akan berimbas pada bantuan luar negeri mereka.
Mengenai kemungkinan pengurangan bantuan oleh Amerika Serikat, Menteri Etika dan Integritas Uganda Simon Lokodo buka suara. Opininya direkam oleh Reuters TV di Kampala. Lokodo menyindir Gedung Putih dengan mengatakan bantuan tidak seharusnya mengikat Uganda apalagi sampai mengintervensi kebijakan dalam negeri mereka, seperti perkara homoseksualitas tersebut. Museveni mengamininya. "Ada upaya imperialisme sosial untuk memaksakan nilai-nilai sosial. Kami kasihan melihat cara hidup Barat tapi kami diam," kata Museveri sebagaimana dikutip antaranews.com.
Mestinya Museveni dan Lokodo paham mana ada bantuan yang gratis. Angka 400 juta dolar bukanlah nominal yang kecil untuk sebuah donasi, pasti tetap ada maksud implisit dari bantuan tersebut. Begitulah cara kerja uang dan jejaring kapitalisme.
Uganda adalah sebuah negara yang terletak di bagian timur benua Afrika. Tidak memiliki satu pantai pun, karena terletak di tengah-tengah benua. Sampai kini mereka sedang berjibaku mengendalikan epidemi AIDS di tengah-tengah masyarakat. Ada ketakutan, UU baru ini justru akan semakin mempersulit upaya tersebut, karena kaum gay yang menjadi golongan beresiko akan semakin menutup diri. (PG)
Referensi:
Museveri Menandatangani UU Anti Gay-bbc.co.uk
200 top gay di Uganda-kompas.com
UU Anti Gay Uganda-antaranews.com
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI