Mohon tunggu...
Pical Gadi
Pical Gadi Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan Swasta

Lebih sering mengisi kanal fiksi | People Empowerment Activist | Phlegmatis-Damai| twitter: @picalg | picalg.blogspot.com | planet-fiksi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Mata Malaikat [3]

1 April 2014   00:57 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:14 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Sebelumnya:
Kolonel Rico akhirnya mengirimkan sebuah pesan rahasia melalui video terenkripsi. Memo kematian yang jadi satu-satunya bukti yang tertinggal di tempat Presiden Takeda menggantung dirinya terindikasi sebagai memo palsu. Hanya saja bukti tersebut belum cukup kuat untuk memulai penyelidikan terang-terangan. Maka Lot pun diminta untuk membongkar database-nya, mencari siapapun yang bisa dicurigai mampu meniru tulisan tangan almarhum Presiden Takeda.

Cerita selengkapnya

Sektor C bunker 85 dikhususkan untuk ditinggali pejabat-pejabat administrasi Kepresidenan dan staf ahli beberapa menteri. Saat ini suasana sektor C sedang lengang. Sesekali saja terlihat skuter atau mobil warga lalu lalang. Lampu-lampu besar yang menerangi sudut-sudut bunker raksasa itu dipadamkan, menyisakan suasana temaram seperti malam hari. Memang disengaja, untuk mengingatkan para penghuninya kalau keadaan yang sama sedang berlangsung dipermukaan saat ini . Dalam bunker, malam atau siang sama saja tanpa penerangan Durserak, sebutan untuk matahari planet Pariya. Kecuali di beberapa tempat yang memang dibangun untuk jadi ruang terbuka hijau. Pemerintah membuat atap bunker terbuat dari instalasi metal khusus yang mampu yang tersambung dengan panel-panel raksasa penerima cahaya Durserak dipermukaan. Instalasi metal berbiaya tinggi ini tahan suhu yang ekstrim dan mampu meneruskan cahaya ultra ungu Durserak dari permukaan, agar taman-taman buatan di bawah permukaan tetap mampu berfotosintesis.

Setelah beristirahat sejenak, Lot menyalakan komputer portabel-nya. Sejumlah data dari super komputer telah disimpan pada perangkat tersebut. Tak lama kemudian, layar dipenuhi jejalan nama-nama orang yang datanya dicari sebelumnya. Sekarang sudah mencapai puluhan orang. Lot kebingungan, harus mulai dari siapa. Semua nama-nama itu kelihatan tidak relevan dengan Jendral Takeda. Sebagian dari mereka adalah staf korepondensi sebagian lagi pegawai kantor Pajak, operator telekomunikasi, kurator, bankir, beberapa yang pernah menjadi narapidana forgery kini ada yang jadi pedagang, petugas kebersihan, pengangguran, ada yang masih aktif sebagai narapidana dan ada pula yang residivis.

Siang tadi, Lot berhasil berkomunikasi dengan Kapten Robinson. Ternyata Kapten Polisi tersebut seorang yang sangat ramah dan terkesan humoris. Namun begitu topik pembicaraan beralih kepada kematian Jendral Takeda, Robinson langsung bermimik tegas khas seorang investigator. Dia kelihatan sependapat untuk mengusut kasus kematian Jendral Takeda diam-diam. Walaupun seluruh warga koloni percaya, Presiden mereka memang gantung diri, kemungkinan sekecil apapun yang dapat membuktikan fakta sebaliknya tidak bisa diabaikan begitu saja. Pada pembicaraan tersebut Lot langsung merekomendasikan dua buah nama untuk diperiksa catatan kepolisiannya.  Larkhee, seorang wanita paruh baya Staf Khusus Presiden bidang Perpajakan, dan Abdul, kepala Pengacara Kepresidenan. Keduanya grafolog handal, dan punya akses untuk bertemu secara pribadi dengan almarhum Jendral Takeda. Walaupun mereka tidak berada di TKP saat peristiwa maut itu terjadi, bisa saja mereka mengetahui sesuatu. Kapten Robinson berjanji akan secepatnya menelusuri riwayat dua orang itu, dan menyampaikan hasilnya sore ini.

Tapi hari hampir larut, belum juga ada kabar dari Kapten Robinson. Maka Lot berinisiatif menghubungi langsung Kepala Divisi Kejahatan Intelektual Kepolisian Perserikatan Koloni itu. Perangkat Holo-phone disamping komputer portabel-nya diaktifkan, lalu dengan instruksi suara, Lot memanggil sebuah nomor. Piranti komunikasi tersebut mirip sebuah komputer tablet, dengan layar yang mampu memproyeksikan gambar hologram 3D. Tak lama kemudian layar piranti tersebut berpendar  lalu nampaklah wajah Kapten Robinson, pria paruh baya berkumis tipis dan berpipi tembem.

Kapten Robinson kelihatan senang Lot meneleponnya. Hologram wajahnya pun bergerak-gerak seiring perkataannya,

“Oh, tuan Lot, aku baru saja akan menghubungi anda. Rasanya kita punya chemistry untuk urusan yang satu ini ya?”

Lot tersenyum tipis.

“Jadi,... bagaimana hasilnya?” tanya Lot.

“Negatif. Mereka bersih, sama sekali tidak ada catatan khusus menyangkut pelanggaran dan lain-lain. Kalau aku, jadi Presiden aku akan menominiasikan mereka sebagai warga teladan, sayang ajang penghargaan itu sudah tidak banyak dibuat lagi oleh Presiden-presiden koloni kita. Aku saja yang seorang Polisi... pernah kena tilang saat...,” Kapten Robinson menghentikan celotehannya, lalu memandangi ekspresi Lot lekat-lekat. “Oh, maaf aku keterusan.....sudah kebiasaan soalnya.”

“Tidak apa-apa, Kapten. Bagaimana dengan Istri Jendral Takeda...? dia orang yang pertama menemukan Jenazah almarhum.,” Lot bertanya ragu.

“Oh ya, tiga hari lalu seluruh rekaman CCTV dan piranti perekam infra merah di Kepresidenan berhasil dianalisis. Hasilnya juga negatif. Sakura punya alibi, karena dia berjam-jam di dapur membuat Salad dan roti panggang. Satu-satunya rekaman yang menunjukan Sakura masuk ke kamar kerja Jendral Takeda adalah saat dia menemukan jenazah almarhum.”

“Kamera di kamar kerja almarhum aktif saat itu?” Lot bertanya penasaran.

“Sayangnya tidak. Kamera terdekat yg aktif adalah kamera yang menyorot pintu kamar kerja Jendral Takeda. Sakura masuk, lalu tidak sampai tiga menit kemudian keluar berteriak histeris memanggil beberapa pegawai mereka.”

Lot menghela napas panjang. Dia bersyukur dalam hati. Kapten Robinson kelihatan mau bersuara lagi, tapi Lot keburu menyelanya.

“Hanya sekarang aku kebingungan, Kapten. Ternyata ahli grafolog kita semakin banyak.  Jumlahnya sekarang sudah empat puluhan orang. Walaupun kelihatan agak tidak nyambung, mereka semua memiliki kemungkinan berhubungan dengan kepresidenan.”

Robinson mengernyitkan keningnya sejenak.

“Artinya, kita mesti membatasi pencarian. Kalau orang-orang yang sama sekali tidak berhubungan, hilangkan saja. Atau.... coba masukkan kata kunci pasukan Tabor. Siapa tahu.”

“Pasukan Tabor? Disini? Di Pariya???” Lot kelihatan terkejut.

Pasukan Tabor adalah salah satu pasukan elite Federasi. Mereka ditugaskan pada misi khusus seperti perang melawan ras lain, eksplorasi planet asing dan semacamnya. Grafolog hanyalah salah satu keterampilan yang dimiliki mereka. Orang-orang yang direkrut ke dalam pasukan ini punya talenta khusus untuk menghafal secara cepat simbol dan tulisan. Mereka digodok untuk menguasai ilmu bela diri tangan kosong maupun bersenjata. Mereka menguasai teknologi terbaru dan dilatih untuk mengenal seluruh tanaman yang pernah ditemukan di jagad raya. Penamaaan Pasukan Tabor berasal dari Planet Tabor yang menjadi tempat berlatih mereka. Gaya gravitasinya lebih tinggi dari rata-rata planet yang dihuni manusia. Oleh karena itu pada pertarungan di planet yang gravitasinya normal, mereka jadi gesit sekali.

Well, ini saran gila saja. Tidak ada salahnya kan dicoba?” sahut Robinson.

Lot awalnya kelihatan ragu, tapi lalu dia mengangkat bahu dan mengangguk kecil.

“Baik, Kapten. Kita lihat hasilnya nanti. Terimakasih.....”

Tak lama kemudian percakapan mereka diakhiri.


Lot lalu berkomunikasi menggunakan holo-phone dengan salah satu stafnya yang saat ini sedang lembur. Gambar hologram di depan Lot bergerak-gerak seiring gerakan staf Lot. Dari stafnya itu, Lot meminta beberapa transmisi data lagi dari database di Sekretariat Kepresidenan.

Tiba-tiba arloji digitalnya yang berlayar lebar berpendar merah, pertanda ada pesan yang masuk. Lot pun mengecek pesan tersebut dengan menekan beberapa tombol pada arlojinya. Dia mengernyitkan dahinya. Itu pesan dari Sakura.

“Lot, ada orang yang mengawasi kediaman kami. Bukan hanya satu dua orang. Aku sudah meminta tambahan pengawalan tapi entah, mengapa aku masih merasa khawatir. Sepertinya mereka juga sedang mematai-matai segala aktivitas kalian, termasuk jaringan komunikasi yang kalian gunakan. Bisakah datang kemari segera? Tapi jangan sampai ada yang tahu kedatangan kamu. Aku ingin merahasiakan pertemuan kita, karena ingin menyampaikan sesuatu yang rahasia. Lewat di koridor 4, passwordnya 364-271. Aku tunggu sekarang ya. Hapus pesan ini! Trims.”

Jantung Lot tiba-tiba berdetak kencang. Refleks dia menuju ke sudut ruangan dan menyibak tirai jendelanya pelan-pelan. Di luar sana nampak sepi. Kemudian setengah berlari dia menghidupkan salah satu layar komputer yang terhubung dengan semua kamera pengawas di sekitar rumah. Sama sepinya.

Dia pun cepat-cepat menuju ke kamar tidur untuk segera mengganti pakaiannya. Dia harus segera menuju ke sektor D10 malam itu juga.

(Bersambung)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun