Mohon tunggu...
Pical Gadi
Pical Gadi Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan Swasta

Lebih sering mengisi kanal fiksi | People Empowerment Activist | Phlegmatis-Damai| twitter: @picalg | picalg.blogspot.com | planet-fiksi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Malam di Terminal Tua

28 Februari 2017   22:16 Diperbarui: 28 Februari 2017   22:26 530
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
gambar dari: flickr.com

Bocah tak beralas kaki
memeluk rembulan dalam hati
meringis melawan sakit
kedinginan di bawah langit.

Bapaknya kepanasan
dengan bibir bau tuak
meringis merayu PSK tua.

Cahaya lampu peron pucat
seperti mayat
musik koplo terdengar seperti lagu requiem
bus penghabisan berdesis saat sopir injak pedal rem
siap hantarkan penumpang terakhir ke tujuan.

Petugas menyortir tumpukan karcis di balik kaca berdebu
setengah mabuk setengah lelah
selelah pedagang rokok dan air mineral di balik etalase berdebu.

Gelegar klakson bus penghabisan bangunkan gerimis
pertanda terminal akan segera kehilangan nyawa
lembayung sepi menyergap tipis-tipis
sudah senyap pinggiran kota

Di ujung tembok wanita tua tertawa serak
telah deal dengan lelaki bau tuak.

Bocah tak beralas kaki
tidur beralas koran yang dibuang pembeli
dia sedang mengganti rasa sakit dengan indah mimpi
tentang nikmatnya naik bus wisata keliling negeri.

---

kota daeng, penghujung februari 2017

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun