Mohon tunggu...
Pical Gadi
Pical Gadi Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan Swasta

Lebih sering mengisi kanal fiksi | People Empowerment Activist | Phlegmatis-Damai| twitter: @picalg | picalg.blogspot.com | planet-fiksi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Ketok Palu

17 Februari 2015   03:28 Diperbarui: 17 Juni 2015   11:04 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Sudah terlalu sering rakyat jelata diletakkan di atas meja judi, jadi taruhan penjudi-penjudi politik berkerah putih.

Namun kali ini nilai taruhannya terlampau mahal, bahkan untuk ditakar dengan pundi-pundi konstitusi yang pernah disembah puja bak dewa.

Bola panas

pasti mengikuti kemana waktu membawanya.

Tapi nasib kami? Tuhan pun kini bingung menjawabnya.

.

Kadang, madu politik memang terasa manis di lidah, tapi jadi racun mematikan begitu lambung menelannya.

Jika beruntung, racun tersebut akan diekstrak menjadi sel-sel apatisme yang larut sendirinya seperti isu yang hilang

dihembus isu lainnya.

.

Sebelum ibu pertiwi kembali berduka, palu yang tengah digenggam harus engkau ayunkan secepatnya.

Usah pikir pantun yang akan dilantukan para penjudi

usah pikir membalas budi

pun harga sebuah citra diri

.

Kali ini rakyat harus diangkat dari meja judi dan diberi tempat setinggi-tingginya di negeri ini.

________________________________

Makassar, 16 Februari 2015

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun