[caption caption="Ilustrasi gambar dari: flickr.com"][/caption]
Hujan sedang menjajah kota. Diah berlari kecil menerobos tarian hujan, menghampiri pos satpam di gerbang perumahan, lalu berbicara dengan salah satu satpam di sana.
Setelah mendapat arahan, dia berlari kembali ke dalam taksi biru metalik. Kemudian taksi itu melaju pelan mengikuti instruksi Diah.
Walaupun sudah sejauh ini, Diah belum benar-benar meyakini keputusannya. Masih ada benci, tapi semesta seperti memaksanya menemukan kembali Rio, yang telah ditinggalkannya hampir enam bulan lalu.
Lelaki itu sudah sangat melukai hatinya, tapi Diah tetap membiarkan roda taksi berhenti di depan sebuah rumah bercat kuning. Ciri-ciri rumah itu sama dengan yang digambarkan adik iparnya. Pintu rumah terbuka. Dari dalam muncul wajah Rio, berkaos oblong dan bercelana pendek.
Masih terasa sakit pada hati Diah, tapi harus diakui, dia sangat merindukan wajah di ambang pintu itu.
Tak ingin membiarkan Rio penasaran lebih lama, Diah menurunkan kaca taksi. Rio nampak terkejut.
Di balik tirai hujan, Diah membiarkan tatapannya dan tatapan Rio berbalas-balasan, membiarkan kalbu mereka berbicara.
Ada pesan “Maafkan aku, Cinta,” dari mata Rio.
“Ayah…!” seru bocah lelaki kecil disamping Diah.