[caption caption="Ilustrasi gambar dari brookecastillo.com"][/caption]Hati Keysha mendadak pilu.
Di atas panggung yang lapang, Dias sedang mementaskan adegan cinta dengan penuh penghayatan. Sayang, bukan dirinya di ujung dialog cinta yang dilantunkan Dias saat itu, melainkan Neysha, saudari kembarnya.
“Tidak mungkin, ksatriaku. Tidak mungkin….” Ada getar-getar rasa dalam suara Neysha yang terdengar dari pengeras suara. Dia sedang memerankan tokoh putri jelita yang tinggal di menara gading. Sementara Dias jadi salah satu prajurit kerajaan. Keduanya jatuh cinta, namun terhalang oleh tembok-tembok istana dan dinasti yang kaku tak berperasaan.
Dias setengah berlutut, memandang Neysha dengan gagah dan berseru,
“Belahan hatiku, apakah yang tidak mungkin dalam nama cinta? Ikutlah denganku, Putri. Kita tinggalkan sangkar emasmu dan kerajaan ini…”
Mata Keysha memerah. Dengan jelas dia bisa menangkap chemistry yang dalam antara saudari dan cowok pujaan hatinya. Merasa tidak tahan lagi, dia segera berdiri dan meninggalkan bangku pertunjukan teater kampus itu.
Toilet. Lokasi itu tujuannya saat ini, untuk menumpahkan semua kesedihan hatinya.
Setengah berlari, membuatnya tidak terlalu memperhatikan sosok Andrew yang sedang berdiri malas di ambang pintu pembatas ruang penonton dan sayap gedung teater.
Hampir seluruh gadis di kampus ini tahu kalau Andrew seorang playboy. Anehnya, masih selalu saja ada gadis yang bersedia menjadi pacarnya.
Saat Keysha melewatinya, Andrew meledek, “Berani jatuh cinta, ya berani sakit hati.”
Keysha berhenti sejenak, berpaling dan menatap Andrew tajam.