Mohon tunggu...
Pical Gadi
Pical Gadi Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan Swasta

Lebih sering mengisi kanal fiksi | People Empowerment Activist | Phlegmatis-Damai| twitter: @picalg | picalg.blogspot.com | planet-fiksi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Enaknya Belanja di Pasar Rakyat

25 Februari 2015   03:26 Diperbarui: 17 Juni 2015   10:33 209
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Memang pasar rakyat identik dengan tempat bertemunya penjual dan pembeli yang kebersihannya minim, bau dan suka becek. Makanya sebagian orang enggan berbelanja di tempat ini.Tapi bagi saya, pasar rakyat punya tempat tersendiri. Sejak pertama kali jauh dari orang tua masa kuliah dulu, saya akrab dengan suasana pasar rakyat. Saat itu belum punya duit sendiri jadi harus pintar-pintar mengefisienkan biaya hidup. Sehingga pasar rakyat jadi tempat belanja yang paling tepat.

Setelah bekerja dan punya penghasilan sendiri, alternatif tempat belanja pun jadi lebih banyak. Selain pasar rakyat, sesekali juga masuk ke pusat perbelanjaan modern. Namun sekalipun penghasilan bertambah seiring karir, bahkan sampai sekarang sudah berkeluarga, pasar rakyat tetap tidak bisa ditinggalkan. Apalagi untuk belanja keperluan dapur sehari-hari. Sensasi berbelanja di pasar rakyat atau pasar tradisional itu susah didapatkan di tempat perbelanjaan modern seperti mall atau supermarket..

Saya mencoba menuliskan beberapa point yang menyebabkan saya (dan juga mungkin beberapa pembaca yang lain) tetap berbelanja di pasar rakyat.

[caption id="attachment_399183" align="aligncenter" width="448" caption="Suasana tawar menawar di pasar rakyat. Gambar: dokpri"][/caption]

Harga Murah

Bicara harga, harga pada pasar tradisional juga tidak kalah bersaing dengan pedagang-pedagang besar. Apalagi untuk belanja keperluan sayur mayur dan lauk pauk sehari-hari. Pedagang di pasar rakyat biasa  membeli langsung dari tangan pertama. Kadang-kadang jualan seperti buah sayur pun dipetik langsung dari halaman rumah penjualnya.

Bisa Tawar Menawar

Bagi saya dan juga mungkin bagi banyak orang lain, berbelanja tanpa menawar itu membuat belanja jadi kurang seru. Nah, salah satu kelebihan belanja di pasar tradisional adalah ada fitur tawar menawarnya. Jadi pembeli dan penjual bisa win-win solution mencari ekuilibrium harga yang memuaskan kedua belah pihak. Misalnya harga bayam seikatnya dijual dua ribu rupiah, pembeli bisa mengajukan penawaran seikatnya seribu lima ratus rupiah. Tapi menurut penjual harganya kemurahan, lalu mengajukan harga baru tiga ikat bayam dihargai Rp 5.000.  Harga terakhir ini yang akhirnya disepakati kedua belah pihak. Inilah mekanisme pasar yang sebenarnya. Kita sebagai pembeli pun mendapat kehormatan dapat langsung mengajukan negosiasi harga pada owner lapak dagangan tersebut. Ini tidak mungkin terjadi jika berbelanja di tempat perbelanjaan modern.

Segar

Para pedagang di pasar rakyat ini tidak memiliki fasilitas penyimpanan, misalnya freezer seperti yang dimiliki peritel besar. Sehingga para pedagang sayur mayur atau daging, harus mampu melakukan prediksi volume penjualan pada hari itu. Dengan demikian pedagang akan menjajakan jualannya secara proporsional. Sayur-sayuran yang tidak habis pada hari itu pasti akan layu keesokan harinya, sehingga tidak akan laku dijual. Jadi setiap hari mereka mendatangkan stok sayuran baru. Pedagang seperti pedagang ayam potong pun biasa memiliki kandang ayam hidup di belakang lapaknya. Setelah deal dengan pembeli barulah ayamnya dieksekusi sampai menjadi potongan daging ayam. Agak berbeda dengan berbelanja di supermarket yang segarnya adalah segar buatan.

Bisa Drive Thru

Jangan salah. Bukan cuman franchise makanan luar negeri yang punya fasilitas drive thru. Pasar rakyat pun punya service sejenis itu. Kadang-kadang pembeli yang sedang terburu-buru dan cuma singgah sebentar untuk membeli satu dua jenis belanjaan saja, tidak perlu turun dari kendaraan. Cukup memarkir kendaraan agak ketepi lalu memesan pada lapak penjual yang dekat dengan tepi jalan. Pesanan pun dibungkus dan diantarkan langsung ke pembeli. Yang penting jangan lupa dibayar. Seperti pasar rakyat yang sering kami (saya dan istri) singgahi saban pulang kantor, yang terletak di tepi jalan A.P. Pettarani Makassar. Lihat gambar di bawah, lapak penjual sayur cukup strategis untuk dipakai drive thru. Yang penting parkir kendaraannya hati-hati, karena jalan di depan pasar ini rawan macet.

[caption id="attachment_399184" align="aligncenter" width="336" caption="Lapak pedagang di tepi jalan. Gambar: dokpri"]

14247843001690064245
14247843001690064245
[/caption]

Inilah beberapa kelebihan berbelanja di pasar rakyat. Faktor ketidaknyamanan yang terjadi biarlah jadi tugas pemerintah yang mengurusnya. Dengan berbelanja di pasar rakyat, kita juga bisa berkontribusi melakukan pemerataan pendapatan. Biar sen-sen rupiah yang kita keluarkan, juga dinikmati oleh sesama rakyat jelata. Jangan hanya dinikmati segelitir konglomerat yang kekayaannya tidak akan habis dimakan tujuh turunan. (PG)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun