Mohon tunggu...
Pical Gadi
Pical Gadi Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan Swasta

Lebih sering mengisi kanal fiksi | People Empowerment Activist | Phlegmatis-Damai| twitter: @picalg | picalg.blogspot.com | planet-fiksi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi Artikel Utama

Dulu Waktu Muda

19 Mei 2015   20:33 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:49 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Dulu waktu muda
aku menegar tengkuk menantang badai, api membara dalam jiwa.
Aku berpacu dengan matahari yang mengepakkan sayap  tembaganya dari balik koral dan tebing-tebing di barat
aku mengejar kebenaran sampai ke ujung malam sekalipun purnama hampir lelah menerangi ujung-ujung kakiku.
.
Aku seorang pesilat lidah, gemar membungkam generasi tua yang telah lama diracuni kemapanan
yang membiarkan otaknya disampahi kerak zaman dan mengisi lemak perutnya oleh kefasikan dan harta yang dilaknat Tuhan.
Aku adalah sosok yang selalu paling depan menyerukan pertumpahan darah melawan serigala yang haus darah rakyat.
.
Dulu waktu muda
aku adalah ksatria yang membangun istana-istana dari kepingan pragmatisme dan membentenginya rapat-rapat dengan idealisme.
Bahkan pedang musuh pun akan meleleh dan bedil-bedil diam membisu mendengar tajamnya orasi yang aku tiupkan dari nurani dan kesucian ideologi.
Dulu waktu muda...

.
Sayang tak akan datang dua kali masa itu
agar aku belajar setia saat jemari mulai menua, tulang-tulang merapuh dan suara yang lantang melirih dikikis peradaban.
Waktu tidak akan kembali saat rambut memutih, dan idealisme pergi diganti apatisme.
.
Dulu waktu muda aku mengutuk generasi tua bobrok
dan seperti dejavu,
saat menerima kutuk yang sama dari orang-orang muda masa kini.
Tebing dan batu karang kini telah berubah menjadi jeruji besi, orasi-orasi menohok berubah menjadi doa satir di ambang ajal.
.
Seperti berkaca pada masa lalu saat memandang orang-orang muda yang jiwanya dipenuhi api membara.
Aku harap mereka setia, agar tidak berujung kelam seperti aku dan masa tuaku.

_____________________________

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun