[caption id="attachment_412391" align="aligncenter" width="600" caption="Promo event dari Divine Production. Gambar dari: megapolitan.kompas.com"][/caption]
Acara bertajuk “Splash After Class” yang mengundang kontroversi itu akhirnya batal. Pihak Divine Production selaku EO pun dengan legowo telah meminta maaf di depan khalayak. Kita hargai niat baik EO ini kendati dalam penyampaian maaf tersebut ada sedikit pembelaan diri juga. Kabarnya ada miskom antara pihak EO dan marketing, sehingga terbitlah frasa bikini dress code pada promo event tersebut. Miskom ini termasuk pencatutan nama beberapa sekolah yang tidak tahu menahu adanya event tersebut.
Kita bersyukur acara yang bikin heboh se-Indonesia Raya sampai menteri-menteri pun koar-koar di depan media akhirnya tidak jadi terselenggara.
Saya tidak sempat mencari tahu, ada atau tidak kerugian yang harus diderita oleh EO ini akibat pembatalan event tersebut. Biasa jika sudah sampai pada tahap promo, progress sebuah acara sudah berjalan 40%-50% bahkan bisa lebih, dan sudah pasti ada konsekuensi biayanya.
Ini adalah bagian dari resiko usaha. Tapi di sisi lain, mereka sebenarnya sedang menuai berkah dari “kecelakaan” usaha. Berkah apa itu? Promosi.
Promosi adalah bagian penting dari bauran pemasaran/marketing. Dulu, kita mengenal istilah word of mouth sebagai kiat marketing yang cukup efektif untuk melambungkan nama sebuah brand. Kini mulai terjadi pergeseran karena kita tengah berada pada zaman yang ditandai dengan derasnya informasi yang menjejali seluruh panca indra kita. Brand kita harus di-broadcast ramai-ramai bahkan harus jadi trending topic dulu untuk mendapatkan perhatian dari calon pelanggan.
Sejak menjadi topik pemberitaan, nama Divine Production pun mulai familiar dengan kita. Beberapa hari terakhir ini hampir seluruh media tanah air, baik mainstream maupun sosial media ramai membicarakan EO nyentrik ini. Hari ini kita lihat portal kompas.com masih mengangkat dua tiga judul terkait Divine Production. Tadi saat makan siang, acara TV juga masih menayangkan permintaan maaf Divine Production.
Kalau bisa dihitung-hitung, saya yakin biaya promosi yang harus mereka keluarkan untuk jadi topik di sekian banyak media itu masih jauh lebih mahal dibanding dengan kerugian akibat pembatalan event Splash after Class tadi. Bagi masyarakat awam, mungkin Divine Production hanya akan dicibir lalu diabaikan begitu saja. Tapi bagi orang-orang yang sering bersentuhan dengan hingar-bingar dunia hiburan malam, bisa jadi informasi tersebut jadi tambahan referensi baru lagi untuk mereka.
Saya termasuk salah satu yang kepo sehingga tergerak untuk menelisik lebih jauh profil EO ini, maka saya pun menyambangi media sosial (twitter dan facebook) milik mereka. Dari aktivitas pada kedua media sosial tersebut, memang kelihatan kalau Divine Production ini adalah EO spesialis acara pesta dan clubbing untuk orang dewasa.
Saya tidak ingin membedah konsep acara Splash After Class yang memang rada aneh tersebut. Bagi saya acara itu sudah jelas kurang cocok dengan “segmentasi pasar” yang disasar EO, tidak nyambung dengan dress code-nya, jam tayang-nya dan lain-lain.
Tapi yang menarik adalah, sekali lagi terbukti, sensasi itu salah satu jurus pemasaran yang jitu. Makanya tidak usah heran beberapa selebritis yang mulai kurang laku, gemar menebar sensasi agar media mengalihkan perhatian masyarakat kepada sosok mereka. Elite politik yang mulai kurang mendapat perhatian, gemar melepas statement kontroversial agar kembali diundang wawancara di mainstream media. Beberapa pesohor yang mulai dicuekin masyarakat, suka berkicau aneh-aneh, menyindir sana-sini agar masyarakat kembali menyoroti aktivitas mereka.
Bagaimana dengan Divine Production? Entahlah. Hanya Tuhan dan manajemen EO-nya yang tahu. (PG)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H