Mohon tunggu...
Pical Gadi
Pical Gadi Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan Swasta

Lebih sering mengisi kanal fiksi | People Empowerment Activist | Phlegmatis-Damai| twitter: @picalg | picalg.blogspot.com | planet-fiksi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen | Pengelana Malam

18 Agustus 2016   19:43 Diperbarui: 19 Agustus 2016   01:14 410
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aku seorang pengelana malam. Menunggangi angin dan bergelayut di antara awan-awan. Langit hitam jadi latar pentas sebuah drama panjang yang melelahkan karena aku tidak akan pernah tahu akhir drama ini.  

---

Tidak banyak manusia yang betah berlama-lama di bawah gelap malam. Salah satunya manusia itu. Seorang wanita, masih muda kurasa, dengan langkah yang gontai dan rambut panjang yang melambai-lambai ditiup angin darat. Dia selalu membiarkan ujung kakinya dibelai laut yang warnanya sehitam langit.

Setiap kali mendapatinya mencurahkan air mata yang hangat ke atas pasir, aku sejenak berhenti untuk memastikan dia memang sedang bersedih. Bukan sedang berteka-teki dengan desah ombak yang mencoba meluruhkan sepi malam.

Biasanya aku tidak suka bertegur sapa, bahkan dengan angin dan laut sekalipun. Tapi malam ini bulan purnama berbaik hati menyingkapkan raut wajah wanita muda itu. Sesungguhnya dia begitu cantik. Aku merasa nyaris jatuh cinta padanya.

Aku pun meminjam kelebat angin dan butir-butir pasir agar bisa menyusuri jejak-jejak yang ditinggalkannya di pantai.

“Kehilangan sesuatu, Nona?”

Dia terkejut lalu berbalik. Nampak bintang-bintang dalam matanya dari jarak sedekat ini. Sayang sekali, bintang itu seperti sedang meredup.  

Dia belum menyahut sedikitpun selain memandangi lekat-lekat diriku, seperti hendak memastikan kehadiranku bukan sebuah fatamorgana.

“Maaf, Tuan. Apa kita pernah bertemu sebelumnya?”

Akhirnya suaranya yang lirih terdengar juga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun