Bagi sebagian orang, cinta mungkin seperti kepingan uang. Cinta memiliki dua sisi, terang dan gelap.
--
Pengantin wanita mulai menghias kamarnya dengan rampai-rampai melati. Di atas ranjang, kelopak demi kelopak disusun dengan hati-hati. Dia tidak ingin ada sedikit pun ketidaksempurnaan di dalam kamar pengantinnya.
Sementara itu pengantin pria menunggu di bawah matahari untuk membuktikan siang tidak akan melelehkan cintanya.
Pengantin wanita melukis dinding kamar dengan cat merah, kuning dan hijau. Dia seperti memindahkan taman dalam hatinya ke atas permukaan dinding itu.
Pengantin pria menunggu di bawah awan mendung untuk membuktikan hujan tidak akan melunturkan cintanya. Tapi dia salah. Cinta telah menunjukkan sisi gelapnya.
Awan mendung mestinya membawa berkarung-karung hujan. Tapi kali ini yang jatuh ke atas bumi adalah kembang-kembang melati, yang kuncup dan yang mekar. Pengantin wanita pun mengganti melati-melati yang layu di atas ranjang. Lalu kembali melukis dinding-dinding kamar yang masih polos.
--
Pengantin pria menunggu di bawah matahari untuk membuktikan siang tidak akan melelehkan cintanya. Tapi dia salah. Dia pun menulis sebuah puisi dengan tinta darah dan air mata
 Pada sebuah cawan aku tuangkan air perasan emosi, juga bertetes-tetes air mata dan darah penghabisan.
Sayangnya bukan untukmu kali ini.