[caption caption="ilustrasi gambar dari: www.smosh.com"][/caption]
Cerita Sebelumnya: [Basalto Terakhir] Kisah Empat Penyihir
Saat berada di puncak-puncak benua, Guru Shandong mengajarkan kepada murid-muridnya bahwa mereka harus menghormati matahari yang memberi energi pada siang, sama baiknya dengan menghormati bulan yang meneduhkan malam.
Saat menjelajahi hutan belantara, Guru Shandong mengajarkan nama setiap tumbuhan dan pepohonan serta khasiatnya untuk manusia.
Saat hujan tiba, Guru Shandong mengajarkan cara memanen energi dari setiap bulir hujan. Saat malam  hampir membekukan sel-sel darah, Guru Shandong memberitahu cara membangkitkan panas tubuh untuk mengusir hawa dingin itu.
Selain mengajar ilmu sihir, Guru Shandong juga memberi pelajaran mengenai moral dan etika-etika seorang penyihir serta bagaimana seorang penyihir harus menghargai manusia non-sihir di sekitarnya. Pendek kata, Guru Shandong benar-benar menjadi guru kehidupan bagi murid-muridnya.
****
Pada suatu malam tanpa cahaya bulan, Guru Shandong meminta secara khusus keempat muridnya untuk makan malam bersamanya. Dia bermaksud menyampaikan sebuah pesan penting setelah makan malam selesai.
Malam semakin larut. Seekor burung hantu yang tadinya bertengger malas di dahan, tiba-tiba terbang menukik tajam mengejar keluarga tikus hutan yang muncul dari balik semak-semak. Nampak juga pasukan kunang-kunang menari di atas atap pondok, tempat Guru Shandong berkumpul dengan keempat muridnya.
Mereka kini duduk melantai beralas tikar, mengitari sebuah meja pendek. Keempat murid membagi diri pada dua sisi meja yang berseberangan, sedangkan Guru Shandong berada di ujung meja bersisian dengan mereka.
Makan malam yang hangat baru saja dituntaskan, dan kini mereka larut dalam percakapan ringan. Kendati meja makan sudah dibersihkan, aroma ikan bakar dan tuak masih menggantung di sudut-sudut ruangan.