Mohon tunggu...
Pical Gadi
Pical Gadi Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan Swasta

Lebih sering mengisi kanal fiksi | People Empowerment Activist | Phlegmatis-Damai| twitter: @picalg | picalg.blogspot.com | planet-fiksi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Dongeng Pilihan

[Basalto Terakhir] Pengakuan Mengejutkan (2)

31 Mei 2016   17:08 Diperbarui: 31 Mei 2016   17:11 135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
lustrasi gambar dari: seanopher.tumblr.com

Cerita Sebelumnya: [Basalto Terakhir] Pengakuan Mengejutkan  

--------------------

Lalu… apa yang terjadi?”

“Ya, dia berubah pikiran dan menyetujui penawaranku.”
 “Bukan itu maksudku. Apa yang membuatnya berubah pikiran? Bagaimana dengan kabar kalau serangan petir yang aneh telah menghancurkan perkebunan anggur itu?”

“Ya,.. aku akui aku memang memiliki sedikit andil dalam hal itu. Tapi sekali lagi… harga yang aku tawarkan benar-benar pantas untuk kebun anggur itu.”

Emerald terlihat tidak bisa lagi menyembunyikan kegeramannya.

“Thores! Benda-benda ini, segala obsesimu, benar-benar telah meracuni pikiranmu.”

Basalto tidak menjawab.

“Sekarang aku mohon dengan sangat. Kalau perlu aku, pemimpin kerajaan kaum sihir di wilayah selatan akan berlutut untuk memohon dengan sangat, agar kamu mengubur kembali emas hitam ini dalam-dalam untuk memastikan tidak ada lagi orang yang akan menemukannya. Atau bila perlu lebih baik kita musnahkan saja, aku akan membantumu sebisaku.”

Basalto menggeleng-geleng. Raut tidak tidak bersahabat mulai nampak dari wajahnya.

“Emas hitam ini akan tetap berada pada tempat yang semestinya dalam istanaku. Aku akan menjaganya dengan aman. Kamu bisa membacaku, Kesha.  Lihatlah ketulusan hatiku terhadap benda-benda ini.”
 “Tidak… Aku tidak melihat ketulusan. Aku membaca obsesi yang berkobar-kobar. Aku hanya memintamu untuk segera menyingkirkan emas hitam itu. Kalau  tidak…”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Dongeng Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun