Ilustrasi gambar dari: dragonsofatlantis.wikia.com
Cerita Sebelumnya: [Basalto Terakhir] Raja-raja Baru
-----
Petang masih enggan berganti malam, membiarkan langit barat merona berwarna tembaga. Pantulan warna tembaga di langit itu terlihat jelas di atas sungai Karrum yang mengalir tenang. Di salah satu sisi sungai, kawanan angsa sedang berleha-leha menikmati penghujung hari. Beberapa di antaranya bercanda satu sama lain, meninggalkan riak-riak di atas air.
Sesaat kemudian, kawanan angsa itu tersentak dan segera beterbangan menjauh dari bibir sungai. Bersamaan dengan itu, terdengar suara udara yang bergemuruh, nyaris memekakkan telinga.
Rupanya seekor naga berkulit merah kehitaman, mengepakkan sayap dan terbang rendah mengikuti alur sungai tersebut. Penunggang naga terlihat menunduk untuk melewatkan angin dari depan. Rambut putih keperakannya dibiarkan berkibar seperti panji-panji kerajaan.
Naga dan penunggangnya, terbang melambat begitu mendekati bagian belakang halaman istana kerajaan Basalto. Saat menemukan padang rumput yang cukup luas, penunggang nada itu mengarahkan tunggangannya untuk mendarat di tempat itu.
Pendaratan berjalan mulus. Dengan hati-hati, penunggang naga turun dari punggung tunggangannya. Begitu menjejakkan kakinya ke atas rerumputan, penunggang naga yang ternyata adalah Guru Shandong sendiri kembali mengenakan topi lancipnya.
“Baik, Zar, penerbangan yang nyaman,” ucapnya sambil menepuk-nepuk leher naga tersebut. Naga yang diberi nama Zar itu pun membalas dengan meraung pelan sambil menggoyang-goyangkan lehernya.
Sebelum beranjak dari situ, Guru Shandong mengambil tongkat sihirnya yang tersemat di sisi pelana Zar. Tongkat sihir dengan tinggi sebahu itu terbuat dari sejenis kayu hitam. Di ujung tongkat terpasang ukir-ukiran seperti sulur pohon yang menjulur ke luar dengan gigi taring naga di tengah-tengahnya.
Selain untuk membantu pemusatan tenaga saat melepas energi sihir, Guru Shandong yang terlihat semakin menua juga menggunakan tongkat tersebut untuk membantu menopang langkahnya.