Mohon tunggu...
Pical Gadi
Pical Gadi Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan Swasta

Lebih sering mengisi kanal fiksi | People Empowerment Activist | Phlegmatis-Damai| twitter: @picalg | picalg.blogspot.com | planet-fiksi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Dongeng Pilihan

[Basalto Terakhir] Empedu Naga

16 April 2016   21:48 Diperbarui: 16 April 2016   21:54 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Ilustrasi gambar dari: www.historicalstockphotos.com"][/caption]

Cerita sebelumnya: [Basalto Terakhir]

Setelah peristiwa malam itu, Guru Shandong masih mendampingi keempat muridnya selama beberapa hari di padepokan sebelum benar-benar mengutus mereka membaktikan ilmunya kepada dunia.

Ritual perpisahan yang mengharukan dilakukan di halaman belakang padepokan yang dipenuhi rerumputan dan berbatasan dengan salah satu anak sungai Karrum, sungai terpanjang di bagian barat Gopalagos.

Saat itu langit petang sedang merona cerah, angin bertiup sepoi-sepoi dan sungai Karrum mengalir malu-malu. Alam pun seolah memberi hormat setinggi-tingginya kepada keempat murid yang akan dilepas dari padepokan.

Selain Guru Shandong dan keempat murid, hadir pula beberapa guru lainnya untuk ikut menyaksikan jalannya ritual perpisahan itu.

Biasanya, ritual perpisahan dilakukan untuk melepas satu angkatan murid yang dianggap telah melulusi seluruh pendidikan sihir yang diajarkan di padepokan. Hanya kali ini ritual dilangsungkan secara khusus untuk empat murid kesayangan Guru Shandong.

Ritual ini dilakukan dengan sejumlah perlambang. Guru Shandong menumpangkan kedua tangan di atas kepala keempat murid secara berturut-turut, mulai dari Huria, Basaman, Kesha dan Thores, sembari membacakan petuah-petuah singkat. Prosesi ini melambangkan perutusan para murid ke tempatnya yang baru nantinya.

Setelah itu masing-masing dari mereka harus meneguk ramuan Empedu Naga yang disediakan dalam satu guci khusus. Setiap murid mencedok ramuan tersebut menggunakan cangkir kayu lalu meminumnya dalam sekali teguk. Walaupun diberi nama Empedu Naga sebenarnya seluruh ramuan itu dibuat dari dedaunan dan akar tumbuh-tumbuhan. Hanya saja memang di lidah rasanya cukup pahit menyengat. Khasiat ramuan tersebut adalah membersihkan tubuh dari luka-luka dalam akibat hempasan energi sihir. Pada ritual ini, ramuan Empedu Naga adalah perlambang pahitnya lika-liku kehidupan yang harus mereka jalani setelah keluar dari padepokan. Masing-masing dari mereka harus menyiapkan diri untuk mengecap suka duka kehidupan dan siap menerima tanggung jawab yang lebih besar.

Bagian terakhir dari ritual perpisahan ini adalah penyerahan empat kitab sihir milik keluarga Guru Shandong kepada keempat murid. Mereka menerima kitab sesuai dengan yang sudah disampaikan Sang Guru sebelumnya. Pada prosesi ini, Guru Shandong meminta para murid untuk mengulang kembali ikrar yang sudah mereka ucapkan sebelumnya untuk menjaga kitab-kitab sihir itu dengan seluruh jiwa raga mereka.

Tidak seperti biasanya, pada akhir seluruh rangkaian ritual, Guru Shandong memberi nama baru kepada keempat muridnya. Huria diberi nama Ruby, Basaman diberi nama Ametys, Kesha diberi nama Emerald dan Thores diberi nama Basalto. Yah, nama beberapa batu mulia. Guru Shandong memang selalu menganggap mereka adalah murid-murid yang berharga dan menyematkan harapan, dengan nama itu mereka selalu jadi penyihir yang disegani dan “bercahaya” di manapun mereka berada. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Dongeng Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun