Mohon tunggu...
Pical Gadi
Pical Gadi Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan Swasta

Lebih sering mengisi kanal fiksi | People Empowerment Activist | Phlegmatis-Damai| twitter: @picalg | picalg.blogspot.com | planet-fiksi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Badut Pun Ikutan Nyaleg

6 Januari 2014   13:13 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:06 163
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1388988679948740357

[caption id="attachment_314077" align="alignnone" width="500" caption="Sukirno di hadapan anak-anak. Gambar dari: beritajatim.com"][/caption]

Rupanya profesi legislator kini sudah bukan domain para politisi, pengusaha atau public figur saja.  Mungkin masih segar di ingatan kita saat seorang tukang parkir dari Jember, mencalonkan diri sebagai caleg. Kemudian muncul pula berita mengenai pedagan telur dan sopir angkot yang juga ikutan pemilihan caleg. Baru-baru saya menonton berita di TV lalu kembali terpana.

Sukirno, seorang Badut di Bojonegoro memastikan diri maju ke kompetisi caleg DPRD Bojonegoro. Sukirno maju sebagai caleg dari partai Demokrat untuk dapil 1 Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur.

Sukirno alias Gareng, sudah sepuluh tahun ini menekuni profesinya sebagai Badut panggilan. Dia kerap kali dipanggil meramaikan acara ulang tahun, syukuran atau acara-acara sejenis. Jadi berbicara popularitas, mungkin dia tidak kalah pamor dengan orang-orang besar di Bojonegoro, paling tidak di kalangan ibu-ibu rumah tangga dan anak-anak.

Sukirno tidak takut bersaing dengan para elite politik dan orang-orang berkantong tebal. Dia punya strategi sendiri untuk mempromosikan dirinya. Pada saat mentas dia kadang-kadang menyelipkan pesan-pesan kampanye di sela-sela guyonannya sebagai badut. Tak lupa dia membawa-bawa kartu nama untuk dibagi-bagikan kepada warga. Ia juga menempelkan poster kampanyenya di mobil yang selama ini dia gunakan untuk mengangkut perlengkapan badut dan tempat-tempat strategis lainnya. Selama ini pendapatannya sebagai badut-lah yang dikelola untuk jadi biaya kampanye.

Begitu ditanya motivasinya untuk ikut maju ke pemilihan calon anggota legislatif ini, jawaban Sukirno tidak muluk-muluk. “Saya ingin menjadi anggota DPRD bukan untuk mencari pekerjaan lain atau uang, tapi ingin menyampaikan aspirasi saya dan masyarakat yang selama ini tak terealisasi,” sebagaimana dikutip vivanews.com. Jawaban senada juga dikemukakan Hery, tukang parkir yang jadi caleg.

Tidak bisa disangkal, caleg yang berasal dari profesi-profesi yang lekat dengan wong cilik memberi warna tersendiri bagi dinamika perpolitikan negeri ini. Mungkin masyarakat kita sudah sampai pada titik jenuh menyikapi kekisruhan sosial politik yang terjadi di sekitarnya. Gonjang-ganjing beberapa politisi yang terseret hukum membuat masyarakat jadi apriori terhadap jabatan legislatif. Sehingga dengan caranya sendiri masyarakat memberikan “perlawanan”. Pencalonan orang-orang yang jauh dari latar belakang politik ini mungkin bisa jadi salah satu indikator hal tersebut.

Namun di sisi lain, kita tidak boleh lupa bahwa seorang anggota DPR atau DPRD itu adalah perwakilan rakyat yang memiliki posisi amat strategis, mengontrol aturan main dan mengawasi jalannya pemerintahan. Legislator yang punya pengalaman bertahun-tahun saja seringkali masih kita kritik kinerjanya saat duduk di posisi tersebut. Orang-orang yang besar dalam pergerakan politik saja seringkali masih kita cap tidak paham politik. Bagaimana dengan orang-orang seperti pak Sukirno yang belum punya banyak pengalaman lalu jika misalnya memenangkan banyak suara, sehingga berhasil duduk sebagai salah satu legislator. Mudah-mudahan saja beliau mampu mengemban tugas maha penting itu.

Menyampaikan aspirasi rakyat itu esensial. Tapi seorang legislator juga harus memiliki kapasitas, kompetensi dan integritas yang membuat dia mampu menjalankan fungsi strategisnya.

Kita memang mesti mendorong orang-orang seperti pak Sukirno untuk maju. Memperjuangkan kepentingan dan aspirasi masyarakat itu tugas mulia. Tapi dengan demikian mereka harus mulai mempersiapkan diri untuk menghadapi tugas dan tantangan sebagai seorang anggota dewan. Mereka harus belajar total. Jika terpilih nanti, mereka harus “meninggalkan” dunia sehari-hari mereka di belakang sana dan membiasakan diri mengelola konsep dan pemikiran yang jauh lebih serius. Jika tidak, mereka sama saja dengan spekulan, lalu kita sebagai konstituen sama saja dengan bermain judi.

Semoga ke depan kondisi perpolitikan kita semakin baik. Jika tidak, mungkin memang lebih baik masyarakat memilih seorang badut yang punya tujuan mulia ketimbang memilih politisi yang nantinya jadi “badut” politik.

Salam Kompasiana (PG).

Referensi:

Caleg Badut di Bojonegoro, Jatim

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun