Mohon tunggu...
Pical Gadi
Pical Gadi Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan Swasta

Lebih sering mengisi kanal fiksi | People Empowerment Activist | Phlegmatis-Damai| twitter: @picalg | picalg.blogspot.com | planet-fiksi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Apa Hasil Lobi Tony Fernandes ke Jokowi?

4 April 2015   13:27 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:33 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14281287681296620593

[caption id="attachment_407574" align="aligncenter" width="600" caption="CEO AirAsia Tony Fernandes. Gambar dari: kompas.com"][/caption]

Lobi adalah kata kunci yang banyak berperan dalam tata kelola sosial ekonomi negeri kita akhir-akhir ini. Lihat saja, aspirasi 250 juta orang rakyat Indonesia ditentukan nasibnya oleh aktivitas lobi di kursi legislatif yang terhormat.  Kebijakan-kebijakan fundamental yang menguasai hajat hidup orang banyak pun seringkali dihasilkan dari lobi-lobi dari para pejabat publik.

Bukan dalam ranah politik saja. Dalam dunia bisnis, lobi pun menjadi sebuah senjata sakti yang mampu membalik nasib sebuah organisasi dalam sekejab mata. Tender-tender besar seringkali dipengaruhi oleh lobi, tentu tak lupa gepokan tunai sebagai sarana pendukungnya. Ujung tombak penjualan pun selalu diisi orang-orang yang supel dan jago lobi-lobi. Biar calon customer tidak bergeming ketika “ditangkap” dan closing transaction pun terjadi.

Semakin tinggi dampak keputusannya, semakin tinggi pula tingkat lobinya. Kalau cuman minta izin buka lapak kacang goreng di lingkungan tetangga mungkin lobi-lobinya cukup ke pak RT saja. Tetapi untuk urusan bisnis beromset miliaran, tentu lobi-lobinya mencakup pejabat yang lebih tinggi pula tingkatannya.

Ini persis yang sedang dilakoni oleh Tony Fernandes, CEO AirAsia yang sedang berusaha me-recovery  brand perusahaanya. Kompas.com melansir berita mengenai pertemuan tertutup antara Presiden Jokowi, Tony Fernandes dan Menpar Arif Yahya yang terjadi kamis lalu (2/4). Karena pertemuannya tertutup, tentu media baru bisa mengakses informasi setelah pertemuan tersebut dituntaskan. Memang ada sedikit perbedaan versi antara statement Tony Fernandez dan Jonan Ignasius sebagai orang nomor satu di Kementerian Perhubungan. Tapi rasanya saya lebih cenderung setuju kepada pernyataan Tony. Bos AirAsia tersebut memberi sinyal kepada media bahwa pembekuan izin terbang AirAsia rute Surabaya-Singapura akan dicabut kembali oleh pemerintah.

Tony mengungkapkan bahwa Menpar Arif Yahya men-supply data kepada Presiden tentang penurunan jumlah wisatawan di Surabaya sebesar 15% pasca penutupan rute tersebut. Jadi pembekuan tersebut rupanya juga membawa dampak negatif bagi sektor pariwisata di Surabaya.

Pada kesempatan terpisah Menhub Jonas Ignasius menyesalkan pernyataan Tony. Menurutnya tidak ada pembicaraan mengenai rute AirAsia pada pertemuan tersebut. Menhub pun tidak akan bergeming dari keputusan semula tentang nasib izin terbang AirAsia rute Surabaya-Singapura yang menunggu hasil penyelidikan KNKT terkait musibah pesawat AirAsia dengan nomor penerbangan QZ8501 Desember lalu. Jadi tidak ada pembekuan izin yang akan dicabut secepatnya.

Mari menelisik lebih jauh.

Tony Fernandes adalah seorang bisnisman yang bergerak di bidang jasa. Ranah bisnis ini sangat bergantung kepada “kepercayaan”.  Jika para pelaku usaha jasa gagal membangun kepercayaan customer-nya, maka umur usaha tersebut tidak akan berlangsung lama. Maka saat dikerubungi awak media, Tony pun membuat pernyataan yang bisa menjadi angin segar bagi segenap stakeholder dan shareholder AirAsia. Memang, mungkin saja Presiden Jokowi tidak memberi respon blak-blakan mengenai izin terbang tersebut, tetapi Tony mungkin menangkap riak pembicaraan yang bisa digunakan sebagai tanda lampu hijau dari Presiden Jokowi.

Sementara Menhub Jonan Ignasius sebagai Menteri yang paling berkepentingan dan selama ini dinilai tegas, menyanggah pernyataan Tony tersebut karena memang akan bertolak belakang dengan pernyataan serta kebijakan yang diambil pasca musibah QZ8501. Dia tidak ingin rakyat melihat dualisme pemerintah pada kasus ini. Sekaligus ingin membangun penilaian di mata masyarakat kalau pemerintah tidak bisa dilobi begitu saja oleh pengusaha berduit banyak.

Masing-masing tentu berusaha mempertahankan argumen untuk menjaga kepentingannya masing-masing. Memang dalam sebuah lobi, setiap pihak yang bertemu pasti memiliki kepentingan yang akan diperjuangkan. Ekuilibrium lobi tersebut biasa terlihat dari keputusan-keputusan yang dikeluarkan. Maka mari kita tunggu nasib AirAsia selanjutnya, sekaligus mengecek sejauh mana kekuatan lobi seorang CEO AirAsia. (PG)

_____________________________

Referensi:

bisniskeuangan.kompas.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun