Di bawah letusan demi letusan kembang api
di antara bau mesiu yang menyengat hidung
aku lebih memilih menggeser pantat dan kepala di atas tempat tidur
untuk menemukan posisi paling hangat dan nyaman.
Tidak perlu berpesta.
Euforia tahun baru hanya fatamorgana lain yang diciptakan sistem ekonomi.
Selebrasi?
Buat apa.
Matahari yang sama masih akan betah bersinar untuk kita
masalah demi masalah masih akan datang dan pergi.
Memanjatkan syukur dan harapan?
Itu bisa dilakukan kapan saja, bukan?
Ada 365 hari dalam setahun untuk itu.
Jadi saat samar-samar terdengar suara riuh hitung mundur di luar sana
aku lebih memilih menyambung mimpi yang terjeda.
Biarlah esok hari
saat memandang matahari yang sama
dengan semangat yang sama
aku menikmati pergantian tahun bersama penduduk di belahan bumi yang lain.
Tetap ada yang bisa dirayakan dari momentum ini:
tanggal merah
banyak makanan dan minuman
keluarga dan kawan bersilaturahmi
diskon di mana-mana.
Benar, kan?
syukur dan harapan bisa dipanjatkan kapan saja.
----
barombong, 1 januari 2025
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H