Angka-angka dalam neraca dan laporan laba rugi berbicara satu sama lain. Awalnya dengan pelan, tapi semakin lama suara mereka meninggi. Lalu bukan hanya berbicara saja, mereka berseru, membentak, berteriak sambil menuding satu sama lain.
Kas dan setara kas berteriak ke piutang usaha, pinjaman jangka panjang menunjuk-nunjuk beban operasional. Beban operasional tidak terima lalu ikut berseru ke dana cadangan. Bahkan CSR yang biasanya kalem pun ikut dalam keributan itu. Tidak ada akun yang menerima dituduh menyembunyikan sebagian pendapatan perusahaan.
Mendadak keributan itu reda dan suasana hening kembali saat seorang auditor laki-laki bertubuh gempal membuka pintu dan masuk ke dalam ruangan. Parfumnya bau kayu cendana, seragamnya bau departemen milik negara, dan senyumnya bau kemenangan.
Melihat senyum itu, angka-angka saling menatap dan bertanya satu sama lain, "Apakah dia sudah menemukan jawabannya?"
Ya, tentu saja. Untuk mencari tahu di mana pendapatan yang hilang itu, dia sudah tidak butuh daftar buku besar, jurnal-jurnal, bukti-bukti transaksi, bahkan alat pendeteksi kebohongan. Dia hanya butuh deretan angka, nomor telepon mantan staf keuangan yang diberhentikan secara tidak hormat bulan lalu. Dan kini dia sudah mendapatkannya.
---
barombong, 21 november 2024
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H