Mohon tunggu...
Pical Gadi
Pical Gadi Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan Swasta

Lebih sering mengisi kanal fiksi | People Empowerment Activist | Phlegmatis-Damai| twitter: @picalg | picalg.blogspot.com | planet-fiksi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi: Terperangkap

19 September 2024   20:23 Diperbarui: 19 September 2024   20:29 323
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar oleh Lumina Obscura dari Pixabay

Malam semakin larut
tapi apa daya
aku kini terperangkap di bawah cahaya purnama.
Terperangkap oleh tangan-tangan tidak kasat mata
oleh detak jantung yang sukar dinetralkan
oleh debur ombak
oleh hangat yang diciptakan rasa
oleh damai yang diciptakan hening.

"Sudah malam, Kak,"
suaramu merambat di antara angin segara
dan jatuh dengan lembut di gendang pendengaranku.

"Aku antar pulang sekarang?"
aku ikut memecah keheningan.

Dalam jeda kamu nampak bingung
apa harus menggeleng
atau mengangguk
walau pada akhirnya
kamu mengangguk dengan setengah hati.

Sepertinya bukan hanya aku.
Ya,
kita berdua sedang terperangkap di bawah cahaya purnama.
Terperangkap oleh detak jantung yang sukar dinetralkan
oleh debur ombak
oleh hangat yang diciptakan rasa.

---

barombong, 19 september 2024

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun