Aku berjalan
mengikuti jejak yang terukir di atas pasir
jejak kaki-kaki telanjang
yang menapak dengan mantap dan teguh.
Entah akan ke mana kaki ini maju melangkah
kubiarkan tarian angin padang dan insting menuntunku.
Pada beberapa rangkaian perjalanan
jejak-jejak itu tertutup
oleh jejak-jejak badai
tapi lagi-lagi angin padang yang baik hati
menyingkapnya untukku.
Lama baru aku menyadari
jejak-jejak itu ternyata sama persis
dengan jejak yang ditinggalkan kaki-kaki telanjangku.
Aku pun mempercepat langkah
untuk mencari tahu siapa gerangan yang meninggalkan jejak.
Dari kejauhan aku melihat sosok itu
seperti bersembunyi dalam siluet yang dibentuk matahari senja.
Aku menoleh ke belakang.
Dari kejauhan
nampak seorang lainnya sedang mengikutiku.
Dengan jarak sejauh ini
dia pasti juga akan melihatku sebagai sebuah siluet.
Aku bukan siapa-siapa.
Tapi aku jadi merasa seperti masa depan
sekaligus masa lalu.
Biarlah demikian.
Kubiarkan saja tarian angin padang dan insting yang menuntunku.
---
barombong, 5 juli 2024
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H