Jarum jam semakin letih
setiap kali melompat dari angka yang satu ke angka yang lain.
Purnama hampir tuntas memanjat malam
tapi sepi yang jadi singgasananya.
Selain detak jantung dan detak detik jam dinding
tidak ada lagi suara yang menemani.
Belum ada suara panggilan telepon
pun suara notifikasi gawai.
Aku tidak sedang menunggu.
Aku hanya sedang berkelahi dengan ego
berkelahi di tengah arena yang senyap
dihajar pertanyaan-pertanyaan menohok
siapa yang salah?
siapa yang mengalah?
apa yang sedang dicari?
apa yang paling bernilai?
dan di luar arena sesekali mata-mata penyesalan menatap.
Sayangnya
aku terlalu rapuh untuk balas menatap
dan memecahkan relung-relung sepi ini.
Bagaimana kabarmu di sana?
Apakah kamu juga sedang berkelahi dengan ego
dan pertanyaan-pertanyaan menohok?
atau kamu sedang menunggu?
Ya, kamu mestinya sedang menunggu
menunggu kata maaf
dariku.
Hanya lihatlah
aku sudah kepayahan dan babak belur di sini
di tengah arena yang senyap.
Tapi
aku harus jadi pemenang kali ini
mari sama-sama berharap.
---