Bola kulit melayang bebas di atas rumput hijau
berlari ke mana sodokan kaki pemain menuntunnya.
Menyambar angin yang masih berembun
melibas hujan rintik-rintik
menyapa udara yang dibakar matahari
menembus loka dan masa
sebelum jatuh ke kaki pemain berikutnya.
Bola kulit menggelinding bebas
di antara ratusan, ribuan, jutaan pasang mata
di antara tarikan dan embusan napas yang tertahan beberapa detik
sebelum jatuh dengan deras di jaring-jaring gawang
diikuti sorak sorai membahana
seperti guntur yang jatuh dari langit.
Bola yang bulat
tanpa sudut
tanpa kutub
mestinya menggelinding bebas
seperti orang merdeka.
Jika dia terpasung dalam kerangkeng yang kita ciptakan sendiri
masihkah kita menyebutnya sepakbola?
---
kota daeng, 27 maret 2023
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H