Ada purnama di dalam mangkuk ramen
cahayanya berwarna kuning emas
dengan lingkaran halo putih pekat.
Selebihnya ramen dengan kaldu yang kental
dan aroma menggiurkan.
Setiap sendok kuahnya
membawaku berkelana ke desa-desa yang sejuk
ke rumah-rumah petani di antara tanaman sayur dan cabai.
Setiap gigitan ramen
menerbangkanku ke antara ladang-ladang gandum.
Begitu nikmat dan penuh sensansi.
Aku pun membawa mangkuk ramen instan yang masih mengepul ke balkon kamar
untuk menikmatinya di bawah awan-awan.
Mestinya malam ini bulan purnama bersinar sempurna
tapi ...
ke mana gerangan dia berada?
Purnama di dalam mangkuk ramen
hanyalah telur rebus tiga perempat matang.
Ke mana purnama yang sebenarnya?
Aku tidak perlu menunggu lama
karena tiba-tiba hujan jatuh dengan deras
dan memaksaku kembali berlindung di dalam kamar.
Di antara rinai hujan yang jatuh berderai-derai
aku kembali menikmati setiap potong kenikmatan dalam mangkuk ramen.
Wah, rasanya semakin lezat
Mungkin karena di dalamnya ada ladang gandum,
desa yang asri
cabai yang segar
bulan purnama
ditambah hujan bulan Maret.
Begini sepertinya sensansi mencicipi semesta.
---
kota daeng, 8 maret 2023
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H