Belum lama ini beredar cuplikan video Ketua Umum PDI-P, Megawati Soekarnoputri yang mengomentari Presiden Jokowi pada pidato dalam rangka perayaan 50 tahun PDI-P. Cuplikan video tersebut cukup ramai diperbincangkan dan sukses menuai pro kontra di tengah-tengah masyarakat. Dalam video tersebut Megawati mengungkapkan Presiden Jokowi berhasil dalam karir politiknya sejauh ini karena dukungan PDI-P. Kira-kira demikian versi sopannya. Kutipan aslinya bisa pembaca lihat dari potongan video tersebut ya. Tidak sulit dicari kok.
Tulisan ini bukan untuk mengupas peristiwa tersebut lebih jauh. Kita akan menjadikannya referensi untuk pembelajaran mengenai hubungan antara individu dan organisasi dalam konteks yang lebih luas.
Fenomena relasi antara Megawati (baca: Ketum PDI-P) dan Jokowi dalam organisasi politik dan kadernya bisa diterjemahkan bebas seperti relasi antara bos dan bawahan, ketua yayasan dengan petugas administrasi, direktur umum dan karyawan biasa, dan seterusnya, dalam organisasi yang lain.
Benarkah tanpa dukungan organisasi, individu tidak bisa memberikan kiprah yang baik? Atau sebaliknya apakah organisasi akan mencapai tujuannya tanpa kiprah individu-individu dalam organisasi tersebut?Â
Ini pernyataan sekaligus pertanyaan reflektifnya. Sebenarnya tanpa perlu berpikir rumit-rumit, kita sudah bisa memberikan jawaban. Ya, kedua pernyataan tersebut benar dalam konteksnya masing-masing. Bahkan dalam skala tertentu individu dan organisasi begitu erat hubungannya, sehingga kita kadang susah membedakan personal dan organisasi yang ada di belakangnya.
Organisasi Menaungi Individu
Oke. Kita mulai dari yang pertama. Organisasi berada di atas individu, jadi sudah semestinya organisasi memberikan kesempatan aktualisasi diri kepada setiap individu di dalamnya. Tentu saja hal ini disesuaikan dengan budaya dan karakteristik organisasi.
Pada perusahaan perbankan, seorang petugas yang dipercayakan berkarya di bagian funding, misalnya, akan diberi kesempatan sebesar-besarnya untuk menunjukkan kinerja menghimpun dana dari customer potensial.Â
Biasanya mereka dibekali dengan keterampilan-keterampilan yang dibutuhkan seperti komunikasi bisnis, negosiasi, pemasaran dan lain-lain untuk menunjang tugasnya juga sekaligus meningkatkan kompetensinya sebagai individu.
Atau misalnya pada sebuah lembaga riset, setiap peneliti akan diberi akses terhadap sumber daya yang dibutuhkan untuk menemukan inovasi-inovasi yang dibutuhkan dalam pengembangan ilmu pengetahuan sesuai disiplin ilmunya.Â
Diharapkan hasil penelitian bisa dikembangkan dan diterapkan sedemikian rupa untuk kemajuan masyarakat dan peradaban. Peneliti diberi kesempatan mengikuti pendidikan lanjutan atau pelatihan-pelatihan teknis untuk meningkatkan kompetensinya dalam bingkai mencapai tujuan organisasi.