Mohon tunggu...
Pical Gadi
Pical Gadi Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan Swasta

Lebih sering mengisi kanal fiksi | People Empowerment Activist | Phlegmatis-Damai| twitter: @picalg | picalg.blogspot.com | planet-fiksi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Mengenal Prinsip 25-50-25 dalam Memimpin Perubahan

26 Oktober 2022   20:03 Diperbarui: 27 Oktober 2022   07:00 966
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi gambar oleh Mohamed Hasan dari pixabay.com 

Pemimpin akan terlibat dalam banyak percakapan sulit dengan tim kerjanya dan para pemangku kepentingan. 

Pemimpin harus mengambil keputusan-keputusan yang strategis dan berat, apapun yang perlu untuk menyelamatkan organisasi. Perubahan-perubahan ini membutuhkan pemimpin yang mampu menantang orang-orang dalam organisasi alih-alih menyenangkan mereka.

Prinsip 25-50-25

Dalam buku Leadershift, Maxwell juga mengemukakan salah satu prinsip yang bisa membantu para pemimpin yang sedang bergelut dengan perubahan. Prinsip ini dikenal dengan prinsip 25-50-25.

Prinsip 25-50-25 secara singkat dapat dijelaskan sebagai berikut: setiap kali seorang pemimpin menyampaikan visi dan menantang timnya untuk berubah, tim tersebut akan terbagi menjadi 3 kelompok besar. 

Sebanyak 25% dari mereka akan mendukung visi perubahan tersebut, 50% akan berada dalam situasi bimbang atau tidak yakin, 25%-nya lagi akan bersikap resisten.

Jadi misalnya jika ada 20 orang dalam satu tim, maka 5 orang akan mendukung perubahan yang diusulkan sang pemimpin, 10 orang belum bisa langsung menentukan sikap dan 5 orang lainnya tidak setuju dengan rencana tersebut.

Bagaimana penerapan dari prinsip 25-50-25 ini?

Sudah menjadi hal yang lumrah jika dalam setiap perubahan pasti ada pihak yang mendukung dan menolak. Pemimpin harus menerima fakta tersebut. Pemimpin tidak perlu menghabiskan energi untuk mengubah isi kepala 25% orang yang resisten. 

Sebaik apapun strategi yang dilontarkan, mereka akan selalu punya argumen untuk mematahkan strategi tersebut. Memaksakan diri mengubah mereka bisa jadi membuang-buang waktu saja bahkan bisa membuat pemimpin frustasi.

Sebaliknya, pemimpin harus menghabiskan waktu dan sumber daya lebih banyak untuk brainstorming bersama dengan 25% orang yang mendukung perubahan tersebut. 

Berilah mereka kesempatan mengungkapkan pemikiran dan analisis yang berguna untuk organisasi dalam melewati perubahan. Bila perlu mereka diberi andil yang lebih besar, misalnya memimpin tim kecil atau merumuskan kebijakan dan langkah taktis yang bisa dijalankan organisasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun