Mohon tunggu...
Pical Gadi
Pical Gadi Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan Swasta

Lebih sering mengisi kanal fiksi | People Empowerment Activist | Phlegmatis-Damai| twitter: @picalg | picalg.blogspot.com | planet-fiksi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Wanita Tua Penghuni Rumah Besar

30 Agustus 2022   20:10 Diperbarui: 30 Agustus 2022   20:18 213
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi gambar oleh pexels dari pixabay.com

Jam dinding antik di atas ruang makan belum berdentang sama sekali malam ini.
Padahal jarum pendek tepat menunjuk angka 10.

Tapi mungkin itu tidak penting
rumah besar itu sudah ditinggalkan semua orang.
Tiada anak-anak
tiada orang dewasa
pun percakapan riuh rendah di ruang keluarga
seperti yang biasa terjadi di luar sana.

Tidak akan ada lagi yang peduli
pada dentang jam.

Sunyi
sepi
bahkan kuburan di ujung malam
masih punya gemerisik daun bambu
dan kerik lirih jangkrik.
 
Untunglah sepi diusir perlahan-lahan
oleh ketukan sepatu tertatih-tatih di lantai.

Seorang wanita tua memasuki ruang makan
mendongak
memandang jam dengan raut keheranan.

Dia mencari-cari sesuatu.
Di atas meja makan ada tempat lilin perak.
Dia mengambilnya lalu melemparkan dengan deras
ke arah jam dinding.

Prakk! Krompyang!

Ajaib
jam itu mulai bernyanyi
lalu memulai hitungannya
Klang!
Wanita tua tersenyum
Klang!
Jam itu sudah menemukan kewarasannya
Klang!
... dan suaranya berhenti.

Ekspresi wanita tua berubah
"Jam tolol!" umpatnya.

Dia lalu berbalik dan meninggalkan ruangan.
Ketukan sepatu tertatih-tatih di lantai semakin samar terdengar
dan keadaan sepi kembali.

Sunyi
sepi
bahkan kuburan di ujung malam
masih punya gemerisik daun bambu
dan kerik lirih jangkrik. 

--- 

kota daeng, 30 agustus 2022

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun