Masihkah kita langitkan syukur
atas nikmat dan prahara
atas yang datang dan menghilang
atas yang diterima dan direnggut
atas kehidupan yang masih berjalan?
Atau jangan-jangan kita hanya menengadah ke langit
saat hati remuk dan patah?
Kita tundukkan kepala sampai ke debu tanah Â
hanya karena kehabisan sumpah serapah.
Lihat
langit tetap menurunkan hujan
dan matahari tetap bersinar
untuk orang yang baik dan orang yang jahat.
Jadi jika kita merasa membutuhkan tangan Tuhan
pada titik terendah
mestinya kita tidak kehabisan alasan untuk bersyukur
atas apapun yang kita hadapi dalam kehidupan.
---
kota daeng, 14 agustus 2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H