Pandemi Covid-19 yang terjadi sejak awal tahun 2020 berhasil mengubah wajah lanskap bisnis di sekitar kita. Pasti masih segar dalam ingatan bagaimana dahsyatnya hantaman Miss Corona pada sejumlah sektor usaha beberapa waktu lalu. Mobilitas masyarakat dibatasi, omset terjun bebas, PHK di mana-mana dan daya beli masyarakat menurun. Akibatnya roda ekonomi berputar lebih lambat.
Tapi seperti blessing in disguise, pandemi juga membuat banyak orang semakin akrab dengan gaya hidup digital. Masyarakat semakin fasih dengan transaksi non tunai, work from home dan sejumlah aktivitas lainnya yang mengandalkan jaringan internet.
Tidak terkecuali untuk pekerjaan di kantor Credit Union kami yang bergerak dalam bidang pemberdayaan sosial ekonomi masyarakat. Seperti Credit Union (CU) pada umumnya, pelayanan kami kepada anggota meliputi pelayanan simpan pinjam, kegiatan pendidikan dan pelatihan serta pendampingan dan pemberdayaan.
Pada awal pandemi dan pembatasan kegiatan masyarakat masih sangat ketat, bisa dikatakan kegiatan pemberdayaan anggota di lapangan nyaris vakum. Pada semester pertama tahun 2020 lalu, kegiatan-kegiatan diklat untuk anggota CU maupun aktivis CU (pengurus, pengawas, manajemen, komite dan volunteer) mengalami penurunan drastis dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Saya yang memiliki jobdes memastikan seluruh kegiatan diklat dan pemberdayaan berjalan baik sesuai target jadi bingung dibuatnya.
Akhirnya setelah mid-term review, kami memutuskan untuk lebih mengoptimalkan pembelajaran dan pendekatan pemberdayaan melalui platform internet.
Untuk diklat aktivis, pembelajaran mulai menggunakan kelas daring melalui aplikasi zoom atau google meet, setelah sebelumnya pelatihan atau workshop selalu digelar secara luring. Tentu saja pembelajaran lewat ruang virtual ini memiliki sejumlah keterbatasan tapi harus dilakukan agar program pendidikan dan pelatihan tetap berjalan.
Benefit lain dari pelatihan yang dilaksanakan secara daring adalah kantor bisa melakukan efisiensi dari segi waktu dan biaya. Jika dihitung-hitung, kami bisa memangkas biaya kegiatan sekitar 30% - 40% dibanding jika kegiatan dilaksanakan secara luring. Penghematan terbesar datang dari komponen biaya transportasi dan akomodasi (jika peserta harus dihadirkan dari luar kota). Beberapa kantor cabang CU kami memang berlokasi di provinsi tetangga.
Untuk diklat anggota tantangannya lebih besar lagi, karena selama ini sebagian besar kegiatan diklat dilaksanakan di komunitas-komunitas anggota dan tidak semua lokasi memiliki sinyal internet yang memadai. Oleh karena itu pada lokasi tertentu, kami tetap menyelenggarakan pelatihan secara luring dengan pemberlakuan prokes sesuai ketentuan PPKM yang berlaku di wilayah tersebut.
Pembelajaran daring kami lakukan untuk anggota-anggota yang berdomisili di wilayah yang kualitas internetnya sudah lebih baik, seperti di kota Makassar dan Sungguminasa. Inovasi yang sudah dilakukan adalah pembelajaran lewat aplikasi zoom, edukasi melalui infografis yang disebarkan di grup-grup WhatsApp anggota serta pembelajaran lewat live Youtube.
Kami pun menyadari internet menjadi kebutuhan yang begitu vital pada masa normal baru ini. Menurut saya paling tidak ada tiga manfaat internet untuk menunjang gerakan pemberdayaan masyarakat lewat Credit Union.