Aku bertemu persimpangan jalan tanpa papan penunjuk arah lalu gamang hendak ke mana kaki melangkah.
Ah, ikuti saja kata hati, jika suaranya masih terdengar. Jika tidak, ikuti kata burung gagak yang melintas di atas kepala.Â
Sayangnya, suara hati tidak terdengar dan tidak ada seekor gagak pun yang melintas. Jadi aku memutuskan melangkah mengikuti ke mana angin bertiup.
Langkah demi langkah ternyata membawaku pada tempat yang asing. Jalan-jalan lengang, selengang percakapanku dengan Tuhan.
Aku kembali bertemu persimpangan jalan tanpa papan penunjuk arah. Jalan-jalan masih lengang. Suara hati masih tidak terdengar. Tidak ada siapa-siapa lagi yang melintas. Bahkan kini angin pun bergeming seperti ingin ikut merayakan kegamangan bersamaku.
---
kota daeng, 4 April 2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H