Anak petani mengejar matahari
dia berlari lincah di antara pematang.
Sesampainya di atas bukit dia menarik napas panjang
memenuhi rongga dadanya dengan aroma embun dan ilalang.
Sebelum pagi menjadi siang
dan wali kelas memulai kelas hari ini
dia akan terus berlari.
Kelak anak petani akan mengejar matahari yang sama
dari dalam mobil mewah limited edition
di atas aspal jalanan metropolitan
yang bising karena deru mesin dan klakson bersahutan.
Tapi dia terus berlari
karena pagi pun ikut berlari
dan kehidupan tidak mau menunggu.
Sementara itu
petani tua memandang bukit dan padang ilalang yang kehilangan tuannya.
Dia memang tersenyum karena anak petani telah menaklukkan kota
tapi dia juga bersedih karena pematang dan ladang telah ikut menua bersamanya.
Sebuah paradoks
yang belum selesai dipikirkan oleh petani tua
sampai siang menjadi senja
dan matahari yang lelah berlari menunggu di tepi bukit.
---
kota daeng, 7 November 20210
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H