Telur dadar adalah makanan kesukaan Tarno, terutama telur dadar racikan tangan Marni, istrinya. Padahal dari segi komposisi, tidak ada yang istimewa dari telur dadar itu. Bahannya sederhana saja: dua butir telur ayam, bawang putih, garam, merica, sedikit tepung dan jika uang belanja lebih, ditambah cacahan daun bawang dan potongan sosis.
Hanya dimakan bersama nasi putih dan sambal terasi pun sudah nikmat sekali rasanya. Paling tidak seminggu sekali, Tarno pasti meminta dibuatkan hidangan spesial itu.
Mungkin yang membuat rasanya selalu dikangeni adalah Marni tidak lupa menambahkan bumbu cinta di situ. Cinta, inilah yang membuat mereka tetap setia sebagai pasangan sejati, kendati sudah menikah bertahun-tahun dan belum dikaruniai buah hati.
Malam ini udara begitu dingin menggigit.
Jam di ruang tamu yang sekaligus jadi ruang penyimpanan botol-botol plastik bekas yang sementara disortir sudah menunjukkan pukul 6.40. Sebentar lagi Tarno pulang, membawa karung-karung botol plastik dan uang hasil penjualan hasil memulung hari itu.
Pagi tadi sebelum berangkat bekerja, Tarno minta dibuatkan telur dadar kesukaannya.
Ini yang membuat Marni kebingungan. Dia sudah kehabisan uang belanja.
Memang, nasi sudah selesai dimasak, minyak goreng juga masih ada sedikit, tapi untuk membeli telur dan bahan-bahan yang lain sudah tidak ada uang sama sekali.
Di atas rumah mereka yang sederhana, bulan purnama duduk megah di singgasananya. Terlihat bulat penuh dan semarak di langit malam.
Marni pun mendapat ide. Dia lalu menyalakan kompor, menuangkan sedikit minyak ke atas wajan dan memanaskan wajan di atas kompor.