Mohon tunggu...
Pical Gadi
Pical Gadi Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan Swasta

Lebih sering mengisi kanal fiksi | People Empowerment Activist | Phlegmatis-Damai| twitter: @picalg | picalg.blogspot.com | planet-fiksi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Kerut di Wajah Pak Presiden

14 Juli 2021   20:20 Diperbarui: 14 Juli 2021   20:29 380
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kerut di wajah Pak Presiden
bertambah empat garis.

Garis pertama karena kurva pagebluk tidak kunjung melandai
malah seperti roket luar angkasa, naik dan terus naik
meninggalkan ribuan duka di belakang.

Garis kedua karena sumber daya negara sudah tipis
tapi masih ada pejabat yang mentalnya lebih rendah dari pengemis.

Garis ketiga karena rakyat lebih percaya
gosip daripada fakta
lebih dengar tukang obat daripada dokter
lebih percaya teori konspirasi daripada kebenaran hakiki.

Garis keempat karena para politisi jadi oportunis
bukannya bahu-membahu menyelesaikan masalah bangsa
malah lebih senang main tagar di lini masa.

Pada suatu senja yang tenang di antara sesi rapat kabinet daring, pak presiden berkata pelan kepada ibu negara di sampingnya.
"Aku mundur saja ya, Bu?" lalu menyeruput kopi dari dalam cangkir.
Ibu Negara mendelik. "Lah, kalau Bapak mundur, siapa yang mau ngurusin rakyat, Pak? Mana keadaan lagi tidak menentu seperti ini," sahutnya sewot.
"Lah, iya, ini gara-gara mau fokus ngurusin rakyat, aku mundur dari kepanitiaan nikahan ponakan kamu itu loh."
Ibu Negara pun menepuk jidatnya. "Ya, Sudah. Kalau itu gak apa-apa," sahutnya lagi.

Kerut di wajah Pak Presiden pun berkurang seperdelapan garis. 

---

kota daeng, 14 Juli 2021

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun