Kembali ke peristiwa bom bunuh diri.
Ada kisah menarik yang terjadi pada Cosmas, petugas gereja, yang barangkali bisa menjadi refleksi iman bagi kita sekalian. Bagaimana tidak? Saat kejadian, Cosmas berdiri dengan jarak hanya dua meter dari pelaku yang meledakkan diri.
Kita pasti akan berpikir spontan kemungkinan untuk bertahan hidup pada kondisi itu nyaris nol persen. Maaf, kepala pelaku saja sampai terpental jauh ke atap gedung pastoran.
Realita yang terjadi, Cosmas "hanya" menderita luka bakar dan masih bisa bercakap-cakap setelah kejadian. Memang, Cosmas mendapatkan perawatan intensif setelahnya, tapi keadaannya telah berangsur-angsur membaik.
Ini membuat banyak orang menganggap peristiwa itu adalah mukjizat. Cosmas telah melakuan aksi heroik menghadang para pelaku bom bunuh diri sebelum masuk ke areal gereja.Â
Jika ini terjadi, potensi jatuhnya korban pasti lebih besar lagi. Akhirnya, tangan Tuhan pun membentengi Cosmas dari dampak ledakan yang terjadi.
Refleksi Iman
Setiap orang punya cara tersendiri memaknai peristiwa ini.
Beberapa saat setelah bom bunuh diri tersebut meledak, video dan foto-foto pasca kejadian beredar di media sosial dan beberapa grup whastapp.Â
Walaupun berada di lokasi yang cukup jauh dari Katedral, saya seperti ikut merasakan getaran ledakan. Rasa khawatir langsung menyergap. Ini aksi tunggal atau masih akan ada aksi lanjutan? batin saya.
Memori kembali melayang jauh ke peristiwa bom bunuh diri di Surabaya yang terjadi tahun 2018 yang lalu. Dari kota yang cukup jauh, malah berbeda pulau, saat ini peristiwa serupa terjadi di kota sendiri. Â
Tapi setelah direnung-renungkan kembali, perlindungan Tuhan kepada Bapak Cosmas seperti memberi peneguhan kalau Tuhan selalu punya cara untuk melindungi umatnya.Â