Mohon tunggu...
Pical Gadi
Pical Gadi Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan Swasta

Lebih sering mengisi kanal fiksi | People Empowerment Activist | Phlegmatis-Damai| twitter: @picalg | picalg.blogspot.com | planet-fiksi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Saat Pemburu View Mendompleng Tagar Viral Video Dewasa

8 November 2020   14:59 Diperbarui: 9 November 2020   07:34 581
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi gambar dari www.kompas.com

Bagi link dong! 

Ini frase yang sangat mudah kita temukan ketika ada video adegan dewasa, apalagi pemerannya orang terkenal yang menjadi viral di lini masa.

Yang saat ini sedang hangat-hangatnya bak martabak yang baru diangkat dari penggorengan adalah beredarnya cuplikan video adegan dewasa yang perempuannya sangat mirip dengan Gisel, salah satu penyanyi jebolan acara pencarian bakat.

Di lini masa Twitter percakapan tentang video ini disertai dengan tagar #gisel (kemarin sempat jadi trending topic), #giselviral bahkan yang terakhir ada tagar #savegempi (Hehe... ada-ada saja ya kelakuan warganet)

Kasus ini bukan yang pertama. Seingat saya juga dulu ada potongan video serupa mirip penyanyi Marion Jola.

Kemudian dulu sekali juga ada video mirip Ariel, Luna Maya dan Cut Tari. Keriuhan yang terjadi kemudian kurang lebih sama. Tapi artikel ini bukan mau membahas konten videonya, ya. Ada fenomena yang tidak kalah menarik untuk dibahas menyusul peredaran video tersebut.

Selama ini jika ada public figure yang video syur-nya bocor, warganet kompak mengamalkan sila ke-tiga dari Pancasila: Persatuan Indonesia.

Jika sudah membahas isu tersebut, tidak nampak lagi lover, hater, cebong, kampret, kadrun, SJW, neolib dan lain-lain. Semua warganet setara di depan lini masa.

Seperti hukum aksi reaksi, setelah video syur bocor, maka perburuan tautan atau link video pun gencar terjadi. Jika ada kicauan yang mengunggah thumbnail video, kicauan tersebut selalu ramai dikomentari warganet yang lain. Ada yang sekadar komentar, ada yang meminta video atau link video, ada juga yang pamer dengan mengirim thumbnail video yang sama (artinya sudah punya koleksinya). Tapi biasanya sebagian besar reply berisi permintaan untuk mengirim link video.

Nah, pada saat seperti inilah para pemburu view tidak mau ketinggalan momentum. Pemburu view yang saya maksud di sini adalah para content creator entah blogger, youtuber, pengiklan dan lain-lain yang melakukan segala cara untuk mendatangkan pengunjung.

Mereka pun ikut mengirimkan link dari konten produksi mereka, biasanya link yang dikompres dan ditambahi caption "ini link lengkap videonya", "buruan diambil videonya bro, sebelum dihapus", "full clip nih", "ini link fullnya gan, indahnya berbagi", "Tancap gas" dan kata-kata serupa yang menggiring para pemburu link untuk melakukan klik.

Tapi ternyata tidak semua isi link yang diembel-embeli kata-kata persuasi tersebut sesuai dengan caption-nya. Link yang diberikan mengarahkan warganet ke blog atau video yang sama sekali berbeda. Jadi ceritanya para pemburu link itu kena prank oleh para pemburu view.  

Saya sendiri kemarin heran melihat tautan-tautan yang mengarah ke laman Youtube. Apa iya ada yang berani taruh video dewasa yang lagi viral tersebut di kanal Youtube?

Gara-gara penasaran saya pun menelusuri lebih jauh dua atau tiga link. Memang isinya video yang lain, bahkan genre pun beda jauh. Ada video review game, malah ada video bertema urban farming. Jadinya senyum-senyum sendiri sambil berpikir, lihai juga ya jurus-jurus para pemburu view ini untuk meraup pengunjung sebanyak-banyaknya. Numpang di tagar video dewasa yang lagi viral pun dilakoni juga.

Pageview adalah segalanya

Tingkah polah warganet ya memang sudah seperti itu. Pageview adalah segalanya.

Belum lama ini juga ramai diperbincangkan oleh warganet tentang salah satu cuitan Donald Trump beberapa hari lalu yang malah di-reply dengan iklan jualan makanan salah satu warganet tanah air.

Sudah pasti kicauan tersebut akan mendapat view dan engagement yang tinggi, karena kicauan Trump yang sedang berkompetisi dengan Biden selalu dipantau jutaan mata di seluruh dunia.

Selain itu pemburu link yang kena prank walaupun marah atau kecewa, mereka juga sudah maklum karena memahami benar berburu video adegan dewasa yang mestinya menjadi ruang privat seseorang bukanlah hal yang bisa dibenarkan.  

Tapi di sisi lain, secara etis tindakan menyebar link palsu tersebut juga tidak benar, karena menggiring warganet lain mendatangi konten kita melalui informasi yang keliru. Berbeda dengan contoh reply jualan di twit Donald Trump yang memang sudah gamblang kontennya.

Bahkan ada risiko yang mungkin tidak terpikirkan para pemburu view, khususnya Youtuber. Misalnya banyak warganet yang karena link palsu tersebut nyasar ke kanal Youtube yang salah.

Mereka mau bikin perhitungan dengan si empunya kanal Youtube dengan ramai-ramai memberi jempol terbalik (dislike) pada video tersebut. Bisa runyam jadinya kan? Jangan pandang enteng jempol warganet yang marah dan sange sekaligus ya.

Lah, artikelnya kok jadi seperti mewakili curahan hati para pemburu link yang kena prank ya? Tidak, para pembaca sekalian. Artikel ini murni refleksi receh di akhir pekan, tidak mewakili curahan hati pihak manapun.

Kesimpulannya, menunggangi tagar yang sedang viral memang bisa jadi salah satu strategi meraup view sebanyak-banyaknya. Tapi jangan lupa tetap hati-hati agar tidak mendatangkan masalah baru di kemudian hari.

Salam akhir pekan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun