Bagi sebagian orang, pilkada merupakan momentum yang ditunggu-tunggu untuk mengais rejeki dari perputaran uang besar proyek politik tersebut. Begitu pula untuk Doni, bapak dua anak yang sudah belasan tahun melakoni bisnis sablon dan bordir pakaian. Setiap musim pilkada, omset usahanya ikut meroket karena kebagian orderan baju dan aneka ragam atribut Pilkada.
Tapi sepanjang tahun ini, dia bersama keluarga sudah benar-benar mengencangkan ikat pinggang karena orderan menurun tajam semenjak pagebluk melanda. Untung saja beberapa waktu lalu, dia mengerjakan sablon masker oleh beberapa perusahaan. Bukan orderan besar memang, tapi lumayan membantu arus kas keluarga yang sudah seret.
Oleh karena itu pilkada serentak yang rencananya akan digelar akhir tahun nanti jadi semacam angin segar. Doni malah sudah berencana akan mengambil pinjaman di koperasi untuk tambahan modal usaha jika dibutuhkan.
Sayangnya, angin segar berubah jadi angin beraroma telur busuk, gara-gara isu yang santer terdengar saat ini: Pilkada akan ditunda sampai keadaan normal kembali.
Sore ini, Jojon, sahabat karibnya yang juga seorang driver ojol datang bertamu setelah mengantar penumpang di sekitar situ. Keduanya memang sudah lama tidak bertemu fisik.
Aroma kopi hitam pun menguar di ruang tamu yang kecil tapi nyaman. Doni di ujung meja yang satu, sementara Jojon di ujung meja yang lain, masih dengan masker melekat di wajah masing-masing, walau hanya sebatas dagu karena mereka ngobrol sambil ngopi.Â
Keduanya berbincang-bincang dengan hangat sambil sesekali tertawa lepas, seperti menertawakan kehidupan mereka sendiri. Lalu dari obrolan ringan, topik mereka semakin berat sehingga keduanya sekarang jadi mirip politisi kawakan.
"Aku juga bingung, Bro. Hari ini kenaikan kasusnya sudah lebih dari 4.000 orang," ucap Jojon sambil bergidik ngeri. "Banyak orang-orang top, pejabat, politisi, artis ikut jadi korban. Covid di negeri ini sudah bukan buat main-main lagi."
Doni mengamini. Dia lalu menyesap kopinya sebelum menimpali sobatnya itu.
"Betul sekali, Bro. Di sisi lain, orang-orang seperti kita ini, walaupun sudah bersusah payah menjaga kesehatan. Maskeran, rajin cuci tangan dan lain-lain, tetap saja jadi korban. Bukan korban secara langsung, tapi korban gara-gara ekonomi tidak jalan. Lihat tuh mesin-mesin di sebelah sekarang jadi lebih banyak nganggur. Dana cadangan untuk keluarga juga tambah tipis."