Mohon tunggu...
Pical Gadi
Pical Gadi Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan Swasta

Lebih sering mengisi kanal fiksi | People Empowerment Activist | Phlegmatis-Damai| twitter: @picalg | picalg.blogspot.com | planet-fiksi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi: Ritme Pesisir

19 Agustus 2020   21:22 Diperbarui: 19 Agustus 2020   21:14 157
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada senja kali ini matahari jatuh tegak lurus terhadap lautan.
Tapi sudah semestinya seperti itu, bukan?
ucap para penikmat senja
dari balik lensa kamera mereka.

Tidak ada istimewa.
Langit masih akan bersemu merah
air laut masih akan pasang dan surut.
Saat surut kepiting berdansa di atas akar mangrove
saat pasang nelayan menyiapkan perahu untuk kembali menantang lautan.

Semuanya sudah menjadi ritme pesisir
tidak ada yang istimewa.

Sampai mereka menyadari
matahari ternyata bisa jatuh serong
membentuk pola diagonal
malah kadang-kadang membentuk kurva:
parabola, elips, kurva S
seperti bola api yang dimainkan para atlit sirkus.

Tapi itu baru terjadi jika mereka menurunkan mata kamera
dan mulai menikmati senja dengan hati yang jernih.

---

kota daeng, 19 Agustus 2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun