Hal ini terjadi karena pelaku memiliki motif membunuh yang tidak diketahui semua orang (termasuk pembaca), misalnya: dendam masa lalu, atau korban mengetahui kesalahan fatal pelaku dan lain-lain.Â
Petunjuk yang diberikan pun bisa saja saling berhubungan dan bahkan jika penulis berani, mengarahkan petunjuk pada pelaku sebenarnya, tapi karena penyangkalan dan ada bukti lain (sebagai pengecoh), asumsi ini bisa dimentahkan.
Pembaca tidak bisa menyimpulkan sendiri karena tidak mengetahui motif tersebut sampai pada saatnya nanti penulis membuat tabir gelap itu terang benderang.
Sebagai contoh kecil bermain dengan motif dalam membangun plot twist bisa dilihat pada cerpen Jejak-jejak Demon ini.
Nah pembaca sekalian, demikian contoh unsur-unsur dalam cerita yang bisa digunakan untuk membangun plot twist bertipe red herring.Â
Kesimpulannya, dalam membuat red herring plot twist, tugas penulis adalah merangkai petunjuk-petunjuk sedemikian rupa dalam jalinan cerita untuk membuat pembaca terjebak pada kesimpulan yang salah.
Dalam cerita yang lebih panjang, malah kadang dibutuhkan lebih dari satu jenis plot twist untuk membangun keseluruhan cerita. Untuk itu berlatihlah menggunakan teknik foreshadowing agar setelah pelintiran plot yang mengejutkan, pembaca tetap merasa seluruh cerita masuk akal sambil bergumam "Ah, iya ya. Kok tidak kepikiran bakal seperti ini ceritanya?"
Salam Fiksi. (PG)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H