Aku sedang melukis cinta
dalam deretan gigi putihmu
lengkung di pipimu
cahaya di bola matamu
helai-helai rambut yang merayap di keningmu
bando biru langit di atas kepalamu
butiran pasir di telapak kakimu
ombak pesisir yang segera menghapus jejakmu
samudra raya di balik punggungmu
Sayangnya
aku tak punya kuas, easel, kanvas
atau mata kamera
semuanya kurekam dalam memori
yang labil dan rapuh.
Padahal lukisannya makin sempurna
matahari mulai terbenam
burung camar terbang pulang
dan jantung berdebar tak keruan.
Bagaimana kalau aku melukisnya dengan puisi?
Bisakah
tersenyum sekali lagi untukku?Â
---Â
kota daeng, 2 Â Mei 2020
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI