Mohon tunggu...
Pical Gadi
Pical Gadi Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan Swasta

Lebih sering mengisi kanal fiksi | People Empowerment Activist | Phlegmatis-Damai| twitter: @picalg | picalg.blogspot.com | planet-fiksi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Hobby Artikel Utama

Memikat Pembaca Bertipe Visual dan Auditory

16 Februari 2020   14:48 Diperbarui: 16 Februari 2020   17:05 435
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Baca | Photo by Lilly Rum on Unsplash | unsplash.com/@rumandraisin

Presenter yang baik harus piawai mengemas materi untuk ketiga tipe audiens ini. Oleh karena itu media presentasi harus variatif, tidak boleh monoton untuk satu tipe audiens saja. Ada unsur visual, audio dan diselingi dengan pembelajaran dengan aktivitas fisik. Dengan demikian, semua tipe audiens dapat tertarik dengan materi yang disajikan.

Pembaca Bertipe Visual dan Auditory
Nah, kita akan membawa pembelajaran dalam public speaking di atas untuk membantu kita mengemas tulisan yang tepat bagi para pembaca.

Lihat kembali dua dua paragraf ilustrasi di atas. Dengan kejadian yang sama, namun cara menyajikan yang berbeda, mana paragraf yang lebih mudah menarik perhatian anda, 1 atau 2? Apa yang dapat anda simpulkan?

Benar, paragraf 1 menyajikan cerita dengan unsur visual yang lebih mendominasi: lampu lalu lintas, mobilitas pengendara dan sebagainya. Sedangkan pada paragraf 2, unsur suara (audio) lebih mendominasi cerita. Suara klakson, decit ban yang direm mendadak, suara umpatan dan sebagainya.

Jika pembaca cenderung bertipe visual, maka pembaca akan lebih mudah tertarik dengan paragraf 1. Pembaca bertipe visual lebih mudah menyerap konten yang disajikan dengan stimulus pada indra penglihatannya. 

Sedangkan jika pembaca cenderung bertipe auditory, maka pembaca akan lebih mudah tertarik dengan paragraf 2. Pembaca dengan tipe auditory ini lebih mudah distimulus indra pendengarannya, sehingga cenderung lebih mudah menyerap konten yang kaya dengan sensasi suara/audio.

Pembaca bertipe visual akan tertarik pada deskripsi tentang komposisi warna, keadaan pencahayaan, ekspresi tokoh, karakter objek yang mudah diukur dengan pandangan seperti besar/kecil, jauh/dekat, tinggi/rendah dan sebagainya. Gunakan unsur-unsur seperti itu untuk membuat tulisan yang memikat pembaca bertipe visual.

Sedangkan pembaca bertipe auditory akan tertarik pada sensasi suara, seperti intonasi tokoh saat percakapan, efek suara yang terjadi pada cerita, karakter objek yang ditangkap indra pendengaran seperti keras, lirih, menggema, sayup-sayup dan sebagainya. Unsur-unsur seperti ini dapat dimaksimalkan untuk membuat tulisan yang memikat pembaca bertipe auditory.

Tapi seperti pembelajaran pada public speaking, penulis pasti membuat karya untuk dinikmati semua tipe pembaca, baik visual maupun auditory.

Jadi saat mengemas tulisannya, penulis harus memperkaya deskripsi yang mampu memikat pembaca visual maupun auditory. Sensasi visual maupun audio harus sama proporsional dan presisinya. Dengan demikian, semua tipe pembaca semakin mudah menyelami isi tulisan dan menangkap pesan yang ingin disampaikan penulis. (PG)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun