Wanita itu menggigit bibir yang nyaris beku karena malam sedang bercumbu dengan hujan di atas kepalanya.
Mestinya purnama bersinar cerah
mestinya semesta menulis sejarah Â
di atas kertas putih dengan pena merah.
Tapi setelah ratusan panggilan tak terjawab
dan gaun pengantin yang luruh dalam senyap
dia menyadari sebagian jiwanya pergi menguap.
Mungkin akan kembali menjadi hujan
atau tidak sama sekali.
Wanita itu membiarkan tubuhnya nyaris beku dicumbu malam dan hujan, mencari kedamaian di antara puing-puing hati yang remuk redam.
Mungkin dia akan menemukannya
atau tidak sama sekali.
---Â
kota daeng, 9 Februari 2020
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI