Mohon tunggu...
Pical Gadi
Pical Gadi Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan Swasta

Lebih sering mengisi kanal fiksi | People Empowerment Activist | Phlegmatis-Damai| twitter: @picalg | picalg.blogspot.com | planet-fiksi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Di Antara Uap Cangkir Kopi

7 Desember 2019   20:33 Diperbarui: 7 Desember 2019   20:43 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
gambar dari https://www.flipkart.com/

Angin beringsut karena seekor kupu-kupu menari di atas telaga
aku yakin dia sedang tersenyum
bukan saja karena kupu-kupu lainnya datang menari bersamanya
tapi karena pohon-pohon Gandarusa yang rapat dan bersahaja
melindungi mereka dari dunia
yang kadang-kadang bisa begitu kejam.

Matahari masih enggan terbenam
entah
rembulan tidak akan bersinar malam ini
atau dia sedang menunggu senyum di wajah kita surut?

Ah
kita seperti sepasang kupu-kupu itu, bukan?
tapi kita tidak butuh angin
atau pohon gandarusa
atau bahkan malaikat yang mengasah mata panahnya setiap saat.

Dunia memang kadang-kadang bisa begitu kejam
tapi cinta saja sudah cukup
apalagi ditambah setia yang melindungi cinta.

Kita bisa menemukannya di antara uap cangkir kopi
saat menikmati senja yang selalu penuh pesona
atau di antara tarian kupu-kupu
atau saat saling mendekap di dingin malam.

Cinta saja sudah cukup
dan setialah yang setia melindungi cinta.

--- 


kota daeng, #malamminggu 7 desember 2019

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun