Mohon tunggu...
Pical Gadi
Pical Gadi Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan Swasta

Lebih sering mengisi kanal fiksi | People Empowerment Activist | Phlegmatis-Damai| twitter: @picalg | picalg.blogspot.com | planet-fiksi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi | Rumah di Tepi Ladang

12 Agustus 2019   21:57 Diperbarui: 12 Agustus 2019   22:04 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
gambar dari https://polarumah.com/

Mereka
anak-anak yang dibesarkan zaman 5.0
tinggal di bawah tempurung digital.

Mereka tidak akan akan pernah merasakan
sentuhan air hujan di kulit mereka
atau dinginnya lumpur sarang belut di telapak kaki mereka.

Mereka akan menonton kunang-kunang
tapi tidak bisa menangkapnya dalam telapak tangan
akan memandangi sungai yang mengalir di tepi hutan
tapi tak bisa meloncat dari dahan pohon di atas sungai.

Mereka bisa mendengar suara seruling bambu
tapi tak pernah berteduh di bawah rindang rumpunnya
bisa mengecap gurihnya daging kepiting bakau
tapi tak pernah menginjak pasir dan karang-karang pantai.

Mereka
anak-anak nyaris diasuh oleh gawai dan algoritma
akan memandang lukisan-lukisan rumah masa lalu
rumah kita hari ini.

Mereka tidak akan pernah merasakan
suasana rumah yang dibangun di tepi ladang
kecuali memandang dunia lewat jendela yang di-decoding
di dalam rumah mereka
tempurung digital.

---


kota daeng, 12 Agustus 2019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun