Mereka
anak-anak yang dibesarkan zaman 5.0
tinggal di bawah tempurung digital.
Mereka tidak akan akan pernah merasakan
sentuhan air hujan di kulit mereka
atau dinginnya lumpur sarang belut di telapak kaki mereka.
Mereka akan menonton kunang-kunang
tapi tidak bisa menangkapnya dalam telapak tangan
akan memandangi sungai yang mengalir di tepi hutan
tapi tak bisa meloncat dari dahan pohon di atas sungai.
Mereka bisa mendengar suara seruling bambu
tapi tak pernah berteduh di bawah rindang rumpunnya
bisa mengecap gurihnya daging kepiting bakau
tapi tak pernah menginjak pasir dan karang-karang pantai.
Mereka
anak-anak nyaris diasuh oleh gawai dan algoritma
akan memandang lukisan-lukisan rumah masa lalu
rumah kita hari ini.
Mereka tidak akan pernah merasakan
suasana rumah yang dibangun di tepi ladang
kecuali memandang dunia lewat jendela yang di-decoding
di dalam rumah mereka
tempurung digital.
---
kota daeng, 12 Agustus 2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H