Beberapa waktu yang lalu saya dan beberapa teman kantor berkesempatan mengikuti pelatihan yang difasilitasi oleh Bapak Prof. Dr. W.I.M Poli, salah satu guru besar di Universitas Hasanuddin Makassar.
Topik yang dibawakan adalah perencanaan strategis dalam organisasi. Pada salah satu sesi beliau memaparkan materi mengenai kepemimpinan pada era disrupsi informasi saat ini. Materi tersebut cukup menarik dan aktual. Jadi lewat tulisan di bawah ini saya akan membagikannya kepada pembaca sekalian, tentu saja dengan modifikasi sesuai dengan interpretasi saya.
Hidup di zaman ledakan informasi membuat kita mesti selalu mawas diri dalam memilah dan memilih informasi yang layak untuk dicerna dan digunakan untuk hal lainnya, seperti mengambil keputusan penting dalam hidup kita, misalnya.Â
Ledakan informasi ini didukung pula oleh perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang pesat, akibatnya organisasi modern baik besar maupun kecil mau tidak mau harus beradaptasi baik dalam inovasi produk maupun dalam budaya kerja organisasi.
Di sisi lain, pemimpin-pemimpin puncak organisasi semakin dituntut untuk terampil membuat analisis dan bergerak cepat di tengah ketatnya kompetisi bisnis.Â
Era disrupsi membuat business size bukan satu-satunya parameter yang menentukan sebuah perusahaan bisa bertahan atau tidak. Saat ini kemampuan perusahaan menggunakan informasi sebagai senjata ampuh pada penjualan dan problem solving menjadi jauh lebih menentukan.
Terkait dengan itu ada dua perangkap pengambilan keputusan yang harus diwaspadai oleh para pemimpin puncak organisasi atau perusahaan. Jika tidak hati-hati terhadap dua perangkap ini, keputusan yang diambil bisa menjadi bias atau bahkan kontraproduktif dengan permasalahan yang sedang dihadapi.
1. Permasalahan Semakin Kompleks dan Waktu Semakin Terbatas
Masalah yang dihadapi organisasi modern semakin kompleks. Sementara itu dalam suasana kompetisi yang ketat, para pemimpin puncak memiliki waktu yang sangat terbatas untuk menghasilkan dan mengeksekusi keputusan. Dalam waktu yang terbatas itu mereka harus mengolah informasi yang benar-benar berguna untuk tujuan organisasi.Â
Tekanan untuk mengambil keputusan yang terbaik berdasarkan informasi yang paling benar dan relevan dalam waktu terbatas membuat keputusan bisa menjadi salah.
Inilah perangkap yang pertama. Oleh karena itu itu manajemen puncak pada umumnya memiliki berbagai staf ahli atau manajer bidang untuk membantunya menganalisis masalah dan menghadirkan alternatif solusi. Tapi hal ini juga dapat membawanya kepada perangkap ke dua.
2. Pembisik yang Menitipkan Kepentingan
Berikutnya, perangkap yang datang dari orang-orang di sekitar pemimpin puncak. Semakin tinggi level manajemen si pengambil keputusan, semakin banyak pula analisis yang merupakan input dari orang-orang di sekitarnya.