Mohon tunggu...
Pical Gadi
Pical Gadi Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan Swasta

Lebih sering mengisi kanal fiksi | People Empowerment Activist | Phlegmatis-Damai| twitter: @picalg | picalg.blogspot.com | planet-fiksi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Berkawan Hampa

4 Juli 2019   21:09 Diperbarui: 4 Juli 2019   21:14 138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
gambar dari http://picassos.org

Air mata di ambang senja
awan-awan berarak menuju kaki semesta
anak petani meniup seruling dari tengah sabana
dan anak-anak perempuan menari memanggil hujan.

Atma dari pasir dan bebatuan sembunyi dalam desah bayu
terlalu kelu untuk harmoni lagu alam yang dulu
seperti nelayan yang kehilangan arah pulang.

Malam membeku tanpa rona
hanya dua kunang-kunang di rumpun seroja
yang ketiga pergi mencari arti cahaya
bahkan purnama tanpa paripurna.

Hampa
hanya berkawan hampa
dan nestapa telah mengukir dirinya
pada air mata yang tetes demi tetes luruh.

 


---

kota daeng, 4 Juli 2019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun