Â
Pomodoro berasal dari bahasa Latin yang berarti tomat. Saat ini pomodoro lebih dikenal sebagai teknik manajemen waktu. Pomodoro digunakan untuk meningkatkan produktivitas dengan cara melatih fokus pada pekerjaan selama periode tertentu.
Kita hidup pada zaman informasi. Setiap waktu informasi baru menyerbu otak kita dengan masif. Asalnya dari mana saja, dari media mainstream, portal berita daring, media sosial bahkan dari chit-chat di grup whatsapp. Saking masifnya, kita sering keteteran menyaring informasi tersebut agar otak kita benar-benar hanya mengolah informasi yang kita butuhkan atau sesuai dengan pekerjaan kita. Akibatnya, banyak informasi yang hanya menjadi "sampah" dalam otak kita.
Selain itu, semakin lama dunia kita rasanya berputar semakin cepat. Derap irama kehidupan semakin kencang sehingga kita makin terengah-engah menyesuaikan diri. Begitu banyak rencana dan pekerjaan yang mesti diselesaikan dalam waktu singkat. Ini membuat banyak orang harus membiasakan diri bekerja multitasking. Padahal penelitian-penelitian terkini menunjukkan multitasking bukan saja justru menghambat produktivitas tapi juga menurunkan kemampuan kognitif seseorang.
Banjir informasi dan multitasking adalah beberapa fenomena pada manusia modern yang membuatnya semakin sulit mempertahankan fokus serta memiliki rentang perhatian yang rendah. Padahal kedua hal ini yang justru dibutuhkan untuk meningkatkan produktivitas seseorang.
Nah, salah satu cara untuk membantu kita mengelola waktu sehingga meningkatkan kualitas pekerjaan kita adalah teknik pomodoro. Teknik pomodoro diperkenalkan oleh Fransesco Cirillo.Â
Awalnya teknik ini digunakannya untuk time management saat menyelesaikan tugas-tugas kuliahnya. Fransesco membagi waktu belajar dan refreshing menggunakan timer berbentuk tomat merah dan dari sanalah kata pomodoro bermula. Â
Bagaimana cara kerja teknik pomodoro?
Teknik pomodoro pada dasarnya adalah mengatur waktu agar selama periode waktu tertentu kita tetap fokus pada apa yang kita kerjakan. Dapat juga digunakan untuk menyelesaikan sebuah pekerjaan besar yang membutuhkan waktu panjang dengan membaginya ke dalam pekerjaan-pekerjaan kecil yang bisa diselesaikan dalam waktu lebih singkat.
Teknik pomodoro cukup sederhana. Satu sesi pomodoro membutuhkan waktu 25 menit. Jadi selama 25 menit ini kita fokus melakukan satu pekerjaan saja tanpa jeda. Selama 25 menit ini, pikiran kita tidak boleh terbagi pada hal-hal lainnya termasuk pada hal yang biasa dilakukan secara multitasking. Penulis buku Productivity Hack, Darmawan Aji , bahkan mengatakan selalu mematikan semua notifikasi gawainya selama sesi pomodoro agar pikiran tidak mudah terdistraksi.
Pada akun twitter saya membuat polling kecil-kecilan untuk mengetahui seberapa lama teman-teman twitter bisa menahan godaan untuk melihat notifikasi gawai (yang sudah dibuat mode silent) saat bekerja? Setengah dari peserta polling mengatakan bisa bertahan lama, lebih dari 25 menit, 33%-nya hanya bertahan 15-25 menit dan sisanya hanya kuat kurang dari 15 menit. Yang mengisi polling tidak banyak, tetapi sampling ini bisa memberi gambaran.Â
Menahan diri untuk tetap fokus selama 25 menit tanpa distraksi memang cukup berat, terutama untuk mereka yang memang sudah "lengket" dengan gawai. Tetapi berat bukan berarti tidak mungkin, bukan? Berdasarkan pengalaman saya, dengan berlatih rutin, kebiasaan mengecek gawai ini perlahan-lahan bisa dikurangi.